Malang (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menentang keras agresi yang dilakukan Israel di Lebanon, karena bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan hukum internasional. "Kami menentang keras agresi dan tindak kekerasan yang dilakukan Israel terhadap penduduk sipil di Lebanon apalagi korban terus berjatuhan, tindakan Israel ini bertentangan dengan hukum internasional dan HAM," kata Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi di Malang, Sabtu. Ia mengemukakan hal itu sebelum mengikuti acara Dialog Terbatas "Resolusi Konflik Lebanon-Israel dan Prospek Perdamaian Dunia dalam Perspektif Kebijakan Luar Negeri indonesia" di Pesma (pesantren mahasiswa) Al-Hikam Malang. Dikatakannya, secara tegas PBNU menentang keras, namun untuk tahu lebih dalam sekaligus solusi dan sikap serta posisi pemerintah RI, maka perlu adanya dialog dengan berbagai pihak termasuk Menlu, di mana ada hubungan tarik menarik dalam dunia global. Ia menegaskan, Indonesia jangan sampai ikut arus pusaran dan menjadi bagian dari internasional, tetapi apapun keputusan dan sikap harus berbasis pada kepentingan Indonesia termasuk dalam pelaksanaan HAM dan pemberantasan terorisme, apalagi mereka (dunia barat) seringkali berbelok arah secara tiba-tiba tanpa menghiraukan kepentingan negara lain. Oleh karena itu, katanya, dengan adanya dialog tersebut diharapkan nantinya ada jawaban secara riil kenapa Israel selalu mengabaikan resolusi PBB dan AS selalu berstandar ganda ketika berhadapan dengan Israel. Kondisi ini, lanjutnya, mulai terasa sejak meninggalnya John F.Kennedy dimana kongres AS selalu berpihak pada bangsa Yahudi sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan bangsa Yahudi tidak akan pernah "dibahas" sekalipun itu menyengsarakan bangsa lain bahkan melanggar HAM dan hukum internasional. Sementara itu, dalam dialog terbatas tersebut sebagai pembicara utama adalah Menteri Luar Negeri (menlu) RI Hassan Wirajuda, Dubes Lebanon untuk Indonesia Hassan Muslimani, Dubes Yordania HE.Maher Lukasa dan Dubes Palestina Fariz N.Mahdewi serta pengamat dari Malaysia dan Jepang. Sedangkan undangan yang hadir peserta dialog adalah rektor-rektor PTN dan PTS di Jatim, Ormas-ormas Islam dan LSM.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006