Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Dr.dr. Kanadi Sumapraja Sp.OG Subsp.FER mengatakan bahwa selain masalah genetik, faktor lingkungan juga dapat berpengaruh pada kondisi endometriosis.
Dalam acara diskusi kesehatan di Jakarta, Jumat, Kanadi mengatakan bahwa polutan yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil struktur kimianya mirip dengan hormon estrogen yang memperburuk kondisi endometriosis.
"Itu kenapa endometriosis sebagai salah satu penyakit bersifat estrogen dependent, jadi angka tinggi di perkotaan karena menghirup polutan," kata Kanadi, menambahkan, hal itu lah yang membuat endometriosis disebut sebagai penyakit perkotaan.
Dia menyampaikan, hasil penelitian di Eropa menunjukkan bahwa peningkatan kasus endometriosis banyak terjadi di kota.
Lalu lintas kendaraan di wilayah perkotaan umumnya tinggi dan kondisi tersebut menyebabkan kadar polutan di perkotaan menjadi tinggi.
Polutan yang memiliki sifat pengganggu endokrin atau bahan kimia yang mengganggu sistem hormonal apabila terhirup dan masuk ke dalam tubuh akan bekerja layaknya hormon estrogen.
Endometriosis adalah kelainan yang terjadi karena jaringan endometrium tumbuh pada bagian luar dinding rahim dan kondisi ginekologi ini bergantung pada estrogen.
Baca juga: Endometriosis bisa disebabkan faktor genetik
Kanadi mengatakan, endometriosis juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung penyebaran informasi mengenai kesehatan reproduksi, yang membuat penyakit ini banyak ditemukan dalam keadaan yang sudah parah.
Ia menyampaikan bahwa pada kondisi endometriosis tahap lanjut, terjadi perlekatan pada rongga perut yang mengakibatkan kerusakan saluran tuba sehingga kecil kemungkinan sperma bisa bertemu dengan sel telur.
"Endometriosis tahap lanjut menimbulkan banyak konsekuensi perlekatan pada rongga perut dan salah satu konsekuensi perlekatan hebat menyebabkan terjadi kerusakan pada saluran tuba kanan kiri, sehingga tidak ada kesempatan untuk terjadinya pertemuan sel telur dan sperma, maka pasien tentu harus mengikuti program bayi tabung," ia menjelaskan.
Jika hal itu terjadi, ia melanjutkan, maka perlu dilakukan terapi jangka panjang menggunakan obat yang dapat menyeimbangkan kadar hormon estrogen untuk menekan dampak buruk endometriosis.
"Tujuan terapi jangka panjang ini untuk menyelamatkan fungsi kesuburan pasien, ini fungsi kenapa harus segera dikenali dan diterapi," kata Kanadi.
Baca juga: Endometriosis dapat menimbulkan konsekuensi pada kehamilan
Baca juga: Wanita menopause masih bisa terkena endometriosis
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024