... menginspirasi anak-anak saling bersahabat dan tolong-menolong sehingga akan muncul jiwa pemberani dan ksatria... "
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa, menilai, politik dinasti bisa merusak tatanan demokrasi yang berkembang di Indonesia.

"Politik dinasti adalah pejabat publik seperti kepala daerah yang menempatkan anggota keluarganya pada jabatan publik lainnya," kata Rajasa, usai peluncuran buku cerita dongeng seri Hatta Bercerita di Sawangan, Depok, Sabtu.

Dia mencontohkan, seorang gubernur atau bupati yang menjelang akhir masa jabatan pada periode kedua kemudian menjagokan istri atau anaknya untuk meneruskan jabatannya.

Dalam politik praktis, kata dia, sah-sah saja mengusulkan anggota keluarga sebagai penerus jabatannya, asalkan memiliki kemampuan dan mendapat kepercayaan masyarakat.

Namun, jika keluarga yang dijagokan sebagai kepala daerah periode berikutnya tidak memiliki kemampuan dan melakukan cara-cara yang tidak fair, maka akan merusak tatanan demokrasi.

Hatta menegaskan, "Dalam berpolitik harus demokratis dan egaliter dengan memberikan kesempatan kepada figur yang lebih banyak."


Pada pembacaan dongeng di depan anak-anak itu, Rajasa menuturkan persahabatan dan solidaritas di antara hewan, yakni landak, kelinci, dan rusa. Mereka berhasil mengalahkan hewan yang lebih kuat, harimau.

Menurut dia, "Cerita ini sederhana tapi memiliki nilai pendidikan tinggi yang sangat bermanfaat untuk anak-anak."

Landak, kelinci, dan rusa, kata dia, adalah hewan lemah jika dibandingkan harimau yang dikenal dengan sebutan si raja hutan. Karena mereka bergotong-royong maka musuh lebih kuat bisa mereka kalahkan bersama.

"Dongeng ini menginspirasi anak-anak saling bersahabat dan tolong-menolong sehingga akan muncul jiwa pemberani dan ksatria," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013