Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti berpendapat dalam 10 tahun mendatang flora dan fauna tropis akan terkena dampak perubahan iklim, jauh lebih dahulu sebelum giliran Arktik dan beruang kutub.

Para peneliti melilhat beberapa kota di dunia akan mengalami iklim ekstrem. Contohnya kota New York, mereka memperkirakan pada tahun 2047 akan mengalami cuaca terpanas bila emisi karbon dioksida berada di tingkat seperti saat ini.

"Tahun terdingin nanti akan lebihi panas dari tahun terpanas selama 150 tahun terakhir," kata Camilo Mora, pemimpin studi dan ahli ilmu bumi dari University of Hawaii, Manoa.

Ramalan perubahan iklim juga termasuk pengasaman laut, pola hujan, dan kenaikan air laut.

Prediksi pemanasan itu berasal dari meta-analisis Mora dan timnya, mahasiswa Uninversity of Hawaii terhadap 39 model yang dikembangkan ilmuwan iklim dari 12 negara.

Meta-analisis adalah pendekatan statistik, biasanya digunakan di kedokteran, untuk mengumpulkan penelitian yang sudah ada dan memeriksa tren di data.

Tim dari University of Hawaii melihat temperatur permukaan, bagaimana hewan, tumbuhan, dan manusia bereaksi terhadap pola iklim baru seperti pengasaman air laut, kenaikan air laut, dan perubahan pola hujan.

Tidak seperti Arktik dan sekitarnya, yang mengalami perubahan temperatur drastis saat musim panas dan dingin, hewan dan tumbuhan yang hidup dekat garis khatulistiwa tinggal di lingkungan yang relatif sama setiap tahun.

Menurut mereka, cukup dengan sedikit perubahan, seperti suhu yang menghangat dan sedikit curah hujan, dapat merusak ekosistem.

"Kami tidak mengecilkan dampak perubahan iklim di kutub. Kami menunjukkan fakta bahwa ada potensi dampak besar di kawasan tropis," kata Mora, seperti yang dikutip dari LiveScience.

Tetapi mereka belum memiliki informasi bagaimana reaksi spesies tropis terhadap perubahan iklim.

"Ada bukti kuat kebanyakan spesies tropis menempati rentang iklim yang lebih sempit daripada spesies di garis lintang menengah dan lebih tinggi," kata Jack Williams, ahli ilmu bumi dari University of Wisconsin-Madison, yang tidak terlibat penelitian.

"Ada alasan untuk menduga spesies tropis mungkin sensitif terhadap perubahan iklim, tapi belum jelas berapa derajat yang akan menyebabkan risiko kepunahan," kata Williams.

Beberapa negara tropis akan terkena dampaknya sebelum tahun 2030, seperti Kepulauan Bahama (2029), Jamaika (2023), Haiti (2025), Indonesia (Manokwari, 2020), dan Palau (2023), Sierra Leone (2028), Kamerun (2025), Gabon (2024), dan Republik Demokratik Kongo (2028).

"Tahun 2050, antara 1-5 miliar orang, tergantung skenario mitigasi karbon, akan tinggal di area yang terkena dampak perubahan iklim," kata Ryan Longman, tim dari University of Hawaii, Manoa.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013