"Dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring meningkatnya optimisme bahwa AS akan segera mencapai kesepakatan untuk menghindari ancaman gagal bayar utang," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
"Ada beberapa perkembangan positif bagi dolar AS sehinga menekan nilai tukar domestik," kata dia serta menambahkan The Fed mengindikasikan peluang pengurangan stimulus keuangan AS akhir tahun ini masih terbuka.
Sementara pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, mengatakan revisi pertumbuhan ekonomi global oleh Dana Moneter Internasional (IMF) masih membayangi nilai tukar mata uang negara-negara berkembang.
"Sebelumnya IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,6 persen, namun IMF merevisi menjadi 2,9 persen, kondisi itu mendorong mata uang negara berkembang, termasuk rupiah tertekan," ujar dia.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013