Kita memetakan 10 alat kesehatan yang terbesar by volume, by value. Nah, kemudian dari 10 alat kesehatan tersebut, tentunya kita harus memisahkan antara alat kesehatan yang mempunyai teknologi tinggi, menengah, atau rendah
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia terus berupaya dalam mengembangkan produksi alat kesehatan dan obat-obatan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang murah, terjangkau, dan memenuhi standar.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Rizka Andalucia dalam siniar tentang alat kesehatan yang diikuti di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya telah menerapkan sejumlah strategi untuk mewujudkan hal tersebut.
"Kita memetakan 10 alat kesehatan yang terbesar by volume, by value. Nah, kemudian dari 10 alat kesehatan tersebut, tentunya kita harus memisahkan antara alat kesehatan yang mempunyai teknologi tinggi, menengah, atau rendah," katanya.
Upaya tersebut, jelas Rizka, dimaksimalkan melalui berbagai pendekatan seperti pengembangan penelitian, transfer teknologi, serta strategi produksi pada industri farmasi dengan melibatkan peneliti dari sejumlah akademisi dan institusi riset dalam negeri.
Baca juga: Mendorong kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan Indonesia
Selain itu, sambungnya, Kemenkes juga melakukan sejumlah pendampingan dalam produksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri, hingga melakukan intervensi pasar.
"Bagaimana kita memberikan insentif-insentif kepada alat kesehatan produksi dalam negeri, ini yang kita terus upayakan, supaya alat kesehatan dalam negeri itu dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan kita," ujarnya.
Hingga saat ini, ungkap Rizka, upaya tersebut membuahkan hasil dengan banyaknya industri farmasi lokal yang sudah dapat memproduksi alat kesehatan berteknologi rendah hingga menengah.
Adapun untuk alat kesehatan berteknologi tinggi, sambungnya, saat ini beberapa industri sedang dalam tahap transfer teknologi dan mulai mendapatkan sejumlah lisensi untuk pembuatan alat CT Scan dan MRI.
Baca juga: Kemenkes luncurkan Pedoman Hilirisasi Penelitian Alkes Nasional
Kemudian Rizka menyebut upaya tersebut juga menghasilkan peningkatan belanja alat kesehatan dalam negeri hingga dua kali lipat sejak 2020 hingga 2022, serta peningkatan produksi bahan baku obat hingga mencapai 22 jenis pada 2023, termasuk obat imatinib untuk penanggulangan kanker paru, yang menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia.
Untuk meningkatkan penggunaan obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri, ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk sama-sama berpartisipasi dengan menggunakan obat-obatan dalam negeri, termasuk juga dokter dan tenaga kesehatan untuk menggunakan alat kesehatan dalam negeri guna mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan dan obat-obatan.
"Jangan khawatir, bahwa semua alat kesehatan maupun obat-obatan yang diproduksi dalam negeri ataupun impor juga tentunya telah melalui proses pengujian dan telah melalui proses evaluasi untuk khasiat, keamanan, dan mutunya," ucap Rizka Andalucia.
Baca juga: Kemenkes: Belanja alkes jangka panjang antar RI jadi negara maju
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024