Bali, 10/10 (ANTARA) - Civitas akademika Universitas Mahendradatta (UNMAR) Bali memberikan penganugrahan Medali Mahendradatta 2013 kepada Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sharif C. Sutardjo. Penghargaan Medali Mahendradatta diberikan UNMAR kepada tokoh yang dinilai mempunyai kepedulian terhadap masyarakat (rakyat kecil), dunia pendidikan dan penelitian. Di antaranya, kepedulian pada peningkatan SDM khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

“Penghargaan Mahendradatta menjadi pendorong saya beserta jajaran di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk terus menerus dan konsisten mencurahkan segala daya dan upaya memperjuangkan nasib nelayan serta memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan untuk kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah hasil perikanan sebagaimana amanah Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan. Di mana ini merupakan wujud nyata KKP dalam mengimplementasikan Blue Economy yang mempersyaratkan peran serta dan inovasi masyarakat sebagai pilar utama,” kata MenKP dalam sambutannya saat Jubileum Dies Natalis 50 Tahun Emas Universitas Mahendratta di The Sukarno Center Istana Mancawarna Tampaksiring Gianyar, Bali, Rabu (9/10).

Penganugerahan Medali Mahendradatta, merupakan agenda tahunan UNMAR yang diberikan kepada beberapa tokoh nasional termasuk di antaranya, pernah diberikan kepada presiden Soekarno, atas jasanya mendukung pendirian universitas tertua di Bali ini. "Universitas Mahendradatta memang sangat peduli dengan dunia penelitian, apalagi Unmar mempunyai prestasi besar dalam bidang penelitian yakni sebagai satu–satunya PTS di Bali yang memiliki Jurnal Internasional dengan penulis dari 5 Negara. Di dunia internasional, Unmar secara konsisten telah menyelenggarakan konferensi internasional sebagai syarat Penelitian World Class University, yakni penyelenggaraan ASEAN Academic Conference yang diikuti oleh 10 Negara di bawah payung ASEAN dan Second World Eco Safey Assembly (WESA) yang diikuti 90 Negara Anggota PBB," kata Sharif.

Sharif menjelaskan, kemampuan SDM menjadi sangat penting dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan yang menjadi program utama KKP. Apalagi, potensi kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar. Bahkan sejak berabad-abad lalu, lautan Indonesia dan selat-selatnya merupakan alur transportasi internasional yang ramai, menghubungkan antara Benua Asia, pantai Barat Amerika dan Benua Eropa. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Tiga lempeng tektonik bertemu di wilayah Nusantara, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan lempeng Pasifik secara bersamaan, keadaan ini merupakan prasyarat pembentukan sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas bumi di darat maupun laut Indonesia. Potensi ini menunjukkan laut Indonesia pada dasarnya menyimpan berbagai sumberdaya alam yang dapat dijadikan modal dasar dalam rangka pembangunan nasional.

Menurut Sharif, potensi ekonomi di sektor kelautan, baik yang berhubungan dengan sumber daya alam dan pelayanan maritim nilainya mencapai lebih US$ 1,2 triliun per tahun. Pertumbuhan ekonomi kelautan juga sangat positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II 2013 sektor kelautan dan perikanan tumbuh 7% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Tingkat pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81%. “Saat ini dan di masa depan sektor kelautan dan perikanan semakin memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan mendorong perekonomian Indonesia. Buktinya, sejak strategi industrialisasi perikanan mulai dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2011, produktivitasnya terus meningkat,” katanya.


Blue Economy

Menurut Sharif, penerapan Blue Economy akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan secara berkelanjutan, produktif, dan berwawasan lingkungan. Pendekatan Blue Economy juga akan mendorong pengelolaan sumber daya alam secara efisien melalui kreativitas dan inovasi teknologi. Blue Economy juga mengajarkan bagaimana menciptakan produk nir-limbah (zero waste), sekaligus menjawab ancaman kerentanan pangan serta krisis energi (fossil fuel). “Melalui Blue Economy kita akan dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengubah kemiskinan menjadi kesejahteraan serta mengubah kelangkaan menjadi kelimpahan,” ujarnya.

Ekonomi biru merupakan model ekonomi untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem.
Paradigma Ekonomi Biru mengajak belajar dari alam dan menggunakan logic of ecosystem dalam menjalankan pembangunan. Konsep ini akan menjamin pembangunan yang dijalankan tidak hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja sekaligus menjamin terjadinya keberlanjutan. “KKP tetap konsisten menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada Ekonomi Biru. Konsep Blue Economy akan bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan,” ujarnya.

Implementasi Blue Economy, kata Sharif, harus berjalan baik. Untuk itu, dibutuhkan sinergi di antara para pemangku kepentingan. Dukungan kemitraan dari masyarakat, sektor swasta, akademisi, peneliti, pakar pembangunan, lembaga nasional dan internasional mutlak harus dilakukan. Ekonomi Biru hanya akan menjadi sebuah konsep semata tanpa ada peran entrepreneurs atau investor. Dunia riset dan teknologi harus dekat dengan dunia usaha, hasil-hasil riset harus benar-benar terbukti memadai. “Universitas Mahendradatta diharapkan mampu menghasilkan SDM kompeten tersebut, yaitu yang memiliki pengetahuan, keterampilan yang memadai, kemampuan dan sikap dalam menjalankan pembangunan sektor kelautan dan perikanan secara efektif dan efisien,” tutupnya.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013