Palangka Raya (ANTARA News) - Kondisi udara di Palangka Raya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, semakin pekat diselimuti kabut asap dari pembakaran lahan dan semak belukar di beberapa wilayah pinggiran, selain asap kiriman dari kabupaten tetangga.
Kondisi udara dan ketebalan kabut asap di Palangka Raya, Kamis pagi mulai mengganggu aktivitas masyarakat termasuk para pelajar yang berangkat menuju sekolah.
Jarak pandang pengendara roda dua dan roda empat di jalan-jalan utama Kota Palangka Raya kurang dari 100 meter dan harus menyalakan lampu karena kendaraan di depan tidak begitu nampak.
Asap yang menyelimuti wilayah udara Kota Palangka Raya selain dari pembakaran dilakukan masyarakat yang membersihkan lahan seperti di Kecamatan Sebangau, Kecamatan Jekan Raya dan Kecamatan Rakumpit.
Parahnya asap masuk ke Palangka Raya merupakan kiriman dari pembakaran lahan untuk kebun sawit dari Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau yang bernatasan langsung dengan Kota Palangka Raya.
Kota Palangka Raya dalam sebulan terakhir dilanda kemarau dan hampir tidak pernah turun hujan, dan kondisi ini dimanfaatkan masyarakat membersihkan lahan secara gampang dengan membakar.
Upaya hujan buatan yang dilakukan di Palangka Raya beberapa waktu lalu juga tidak mampu mengatasi kebakaran lahan dan titik panas di wilayah Kalteng.
Sementara kabut asap yang terjadi di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dilaporkan makin parah sehingga membuat sebagian masyarakat setempat menggunakan masker saat beraktivitas pada pagi hari.
Kondisi ini cukup mengganggu masyarakat yang beraktivitas di pagi hari, termasuk para pelajar yang hendak berangkat ke sekolah. Takut mengganggu kesehatan, sebagian masyarakat memilih menggunakan masker untuk menghindari menghirup langsung asap bercampur debu tersebut.
Asap juga akibat kebakaran lahan ini membuat pengendara harus berhati-hati karena jarak pandang di jalan pada pagi hari hanya sekitar 30 meter. Lebih parah lagi di perairan Sungai Mentaya, jarak pandang hanya sekitar 10 meter sehingga sangat mengganggu pengguna transportasi sungai.
Makin parahnya kabut asap ini dipastikan akibat makin maraknya kebakaran lahan di Sampit dan sekitarnya. Seperti di ruas jalan Sampit-Kotabesi, terlihat jelas sejumlah lahan gambut yang bekas terbakar.
Kebakaran lahan gambut cukup sulit padam sepenuhnya karena terkadang api di permukaan sudah terlihat padam namun di bagian dalam tanah masih terbakar sehingga terus menimbulkan asap hingga berhari-hari.
Bupati Kotim, H Supian Hadi meminta masyarakat untuk mencegah kebakaran lahan dan asap. Jika ingin melakukan pembakaran lahan, maka harus memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan dalam aturan.
(M019/E001)
Pewarta: Muhamad Yusuf
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013