Amman (ANTARA News) - Wakil Presiden FIFA Pangeran Ali bin Al Hussein mengkritik badan sepak bola dunia FIFA yang melarang Irak menjadi tuan rumah untuk pertandingan-pertandingan internasional dan meminta organisasi tersebut melakukan lebih banyak hal untuk para penggemar di Timur Tengah.
Irak menjadi tuan rumah untuk pertandingan melawan Suriah dan Liberia pada awal tahun ini setelah FIFA mencabut skors sebelumnya, namun pertandingan itu dijadwal ulang pada Juli setelah terdapat kecemasan mengenai keamanan di negara yang diganggu perang itu, di mana terjadi dua aksi bom bunuh diri yang menewaskan 60 orang di Mosul pada Sabtu.
Juara Asia 2007 itu telah lama diganggu masalah ini dan memainkan sebagian besar pertandingan kandang mereka untuk kualifikasi Piala Dunia 2014 di Qatar, dan akan memainkan pertandingan "kandang" mereka di kualifikasi Piala Asia melawan Arab Saudi di ibukota Yordania Amman pada Selasa.
"Saya ingin menegaskan bahwa Irak semestinya mampu menyelenggarakan pertandingan-pertandingan persahabatan, apakah di selatan atau di utara," kata Pangeran Ali, yang juga merupakan presiden Federasi Sepak Bola Asia Barat (WAFF), melalui pernyataannya pada Rabu.
"Terdapat negara-negara lain yang menghadapi masalah serupa, namun (mereka) mendapat lampu hijau, tidak ada alasan untuk mengecualikan Irak saat ini."
Pangeran Ali, yang telah memiliki jabatan di FIFA sejak 2011 dan memimpin kampanye untuk mencabut larangan menggunakan jilbab di organisasi itu dan mengizinkan para pemain putri untuk mengenakan penutup kepala khas Muslimah, juga frustrasi dengan sikap badan yang bermarkas di Swiss itu terhadap wilayahnya.
Bulan lalu, media Timur Tengah melaporkan bahwa Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab tidak gembira dan `menginginkan perbaikan` setelah FIFA mengubah cara mereka mendeskripsikan wilayah Teluk di situs resmi mereka, mengganti istilah negara-negara Arab" menjadi "Persia."
"Izinkan saya untuk menegaskan bahwa penting bagi FIFA, yang terdiri atas lebih dari 200 anggota yang berbeda-beda, untuk memikirkan dan menghargai sensitifitas budaya," kata Pangeran Ali.
"Menghargai kebudayaan-kebudayaan lain merupakan salah satu nilai inti dari permainan indah kami."
"Lebih dari itu, saya akan menambahi bahwa inilah saatnya bagi FIFA merangkul bahasa Arab sebagai bahasa resmi, (bahasa) yang digunakan lebih dari 300 juta orang di 22 negara Arab; semuanya merupakan anggota badan pengatur sepak bola."
Ketertarikan sepak bola
Wilayah ini telah menjadi subyek pembicaraan di komunitas sepak bola perihal apakah Qatar sebaiknya melaksanakan Piala Dunia 2022 di musim dingin, karena terdapat resiko-resiko yang dapat menimpa para pemain jika ajang ini tetap dimainkan pada Juni dan Juli yang memiliki suhu lebih panas.
Sejumlah pertanyaan kemudian muncul mengenai apakah sebaiknya negara Teluk kecil ini menyelenggarakan Piala Dunia, setelah terdapat laporan di surat kabar The Guardian yang menyebutkan bahwa lusinan pekerja migran Nepal telah meninggal dunia dalam beberapa pekan terakhir.
"Dalam pemahaman saya, panitia penyelenggara Qatar 2022 telah mengekspresikan dalam surat yang dikirimkan ke FIFA mengenai komitmen penuh mereka untuk mematuhi hukum-hukum internasional mengenai kondisi para pekerja," kata pangeran berusia 37 tahun itu.
"Juga dalam pemahaman saya bahwa presiden (FIFA) Sepp Blatter akan segera mengunjungi Qatar dan bertemu dengan para ofisial Qatar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai masalah ini."
"Mengenai menggeser Piala Dunia Qatar 2022 ke musim dingin, saya akan suka untuk menambahi bahwa meski saya yakin cuaca di musim dingin akan menjadi ideal, saya percaya diri bahwa Qatar mampu menyelenggarakan turnamen yang impresif di kedua musim itu."
"Oleh karena itu, keputusan ini harus dipelajari secara seksama dan harus berdasarkan kepentingan sepak bola tanpa pengaruh-pengaruh politik atau pribadi."
Blatter mengatakan pada bulan lalu bahwa sejumlah politisi papan atas Eropa telah menekan FIFA untuk memberikan hak menyelenggarakan Piala Dunia kepada Qatar, namun pangeran Ali berharap badan sepak bola dunia itu dapat menghindari mengurusi isu-isu lain di wilayahnya.
FIFA membentuk Satuan Tigas yang menyelenggarakan pertemuan perdana pada bulan lalu dengan tujuan membantu pertumbuhan Asosiasi Sepak Bola Palestina, dengan cara memperbaiki hubungan dengan Federasi Sepak Bola Israel.
"Saya akan senang untuk menyambut keputusan FIFA untuk mengimplementasikan mekanisme komunikasi antara federasi sepak bola Palestina dan Israel," kata sang pangeran, yang diundang Blatter untuk bergabung dengan Satuan Tugas.
"Penting untuk menghormati Asosiasi Sepak Bola Palestina merupakan anggota asosiasi FIFA dan menikmati keistimewaan penuh di bawah statuta FIFA sebagai anggota independen. Mari jangan biarkan politik berdampak kepada perkembangan sepak bola Palestina."
(H-RF/I015)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013