Dampak kesehatan paling ditakutkan dari obesitas ialah mengganggu tekanan darah, sehingga bisa memicu penyakit jantung atau berhubung dengan pembuluh darah

Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau mengajak masyarakat mengenali faktor risiko penyebab obesitas dalam rangka peringatan Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret 2024.

"Kami mengadakan sejumlah kegiatan memperingati Hari Obesitas Sedunia, salah satunya penyebarluasan informasi tentang obesitas kepada masyarakat," kata Raja Dina Iswanti selaku Kepala Bidang dan Pengendalian Penyakit P2P di Dinas Kesehatan Kepri di Tanjungpinang, Selasa.

Dina menyebut, masih banyak di lingkungan masyarakat, khususnya orangtua menganggap obesitas itu lucu atau istilah sekarang "gemoy". Padahal itu tidak benar sama sekali, karena obesitas bukan suatu kondisi yang baik-baik saja.

Baca juga: Kemenkes: Cegah dan tangani obesitas dengan pola hidup sehat

Menurutnya, obesitas adalah sesuatu keadaan di mana seseorang memiliki kelebihan lemak tubuh, sehingga dapat berdampak buruk pada gangguan kesehatan.

Obesitas juga termasuk jenis penyakit, layaknya seperti demam yang harus ditata laksana, karena ke depan pasti menimbulkan keluhan pada penderitanya.

"Dengan proporsi tubuh berlebih, tentu bisa mengganggu aktivitas seseorang sekaligus menurunkan produktivitas. Contohnya, ketika naik tangga terasa nyeri sendi lutut akibat menanggung beban tubuh berlebih," ujar Dina.

Ia menyampaikan, untuk menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak, dapat dilakukan melalui dua cara pemeriksaan.

Pertama, bisa diukur dengan lingkar perut. Untuk standar orang dewasa laki-laki, apabila lingkar perutnya lebih dari 90 centimeter, sudah bisa dikatakan obesitas. Sedangkan perempuan, kalau lingkar perutnya lebih 80 centimeter, juga sudah termasuk obesitas.

Pemeriksaan kedua, yaitu pengukuran indeks masa tubuh atau IMT. Pengukuran dilakukan melalui berat badan berdasarkan kilogram, lalu dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter. Bila hasil pembagiannya di kisaran 18-25, berarti normal. Jika hasil pembagiannya 25 -27 gemuk, dan lebih dari 27 itu obesitas.

Baca juga: Cegah risiko penyakit tidak menular dengan deteksi dini obesitas

Adapun faktor obesitas secara medis, cukup banyak. Secara Garis besar, antara lain faktor genetik. Dari hasil penelitian, satu orangtua obesitas akan meningkatkan 40 sampai 50 persen risiko keturunan obesitas. Kalau dua orang tua obesitas, maka 80 persen keturunan juga bisa terkena obesitas.

Kemudian, faktor lingkungan yang saat ini tidak terlalu mendukung aktivitas fisik masyarakat. Misalnya, minim tempat bagi pejalan kaki atau bersepeda, sehingga lebih banyak berkendara sepeda motor meskipun dengan jarak relatif dekat. Lingkungan ikut mempengaruhi ke arah obesitas.

Selanjutnya, faktor perilaku hidup tak sehat. Sebagai contoh, pola makan dengan gizi tak seimbang. Apalagi kehadiran teknologi go food yang memicu masyarakat banyak memesan makanan siap saji yang belum tentu terjamin kesehatannya.

"Perilaku kurang atau tidur berlebihan hingga stres, juga dapat memicu obesitas," ungkap Dina.

Dina menyampaikan, kasus obesitas dapat diantisipasi sejak dini, dengan cara menerapkan pola hidup sehat, di antaranya tidur yang cukup. Rata-rata durasi tidur yang baik bagi orang dewasa itu 8-9 jam per hari.

Kemudian, usahakan aktif dalam keseharian dengan menghindari hidup berleha-leha. Lakukan aktivitas rutin olahraga 150 menit dalam seminggu atau 30 menit per hari, misalnya jalan sehat, bersepeda hingga berenang.

Selain itu, hindari konsumsi makanan kurang sehat, seperti makanan tinggi gula dan garam kalori. Sebaiknya, makan makanan yang disajikan keluarga di rumah, biasanya lebih sehat dan tentunya memenuhi kaidah nutrisi untuk kesehatan.

"Dampak kesehatan paling ditakutkan dari obesitas ialah mengganggu tekanan darah, sehingga bisa memicu penyakit jantung atau berhubung dengan pembuluh darah," ujar Dina.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan RI, kasus obesitas di tanah air terus meningkat dari 15 persen pada 2013, menjadi 25 persen pada 2023.

Baca juga: Mencegah obesitas dengan "mindful eating"

Pewarta: Ogen
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024