Jakarta (ANTARA News) – Misteri tentang bagaimana terumbu karang hidup di "padang pasir samudera" terpecahkan setelah tim peneliti dari Belanda mengamati peran spons bagi kehidupan ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang adalah ekosistem paling aktif di Bumi yang berkembang di perairan yang kurang nutrisi. Dan spons menjaga kelangsungan hidup terumbu karang.
Binatang berpori yang merupakan penyusun terumbu karang itu menjaga karang tetap hidup dengan mendaur ulang bahan organik menjadi makanan siput, kepiting, dan makhluk laut lainnya.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Science, para peneliti menyatakan bahwa spons mendaur ulang materi organik 10 kali lebih banyak dari bakteri dan menghasilkan nutrisi sebanyak gabungan produksi nutrisi terumbu karang dan alga.
Mereka "pahlawan tanpa tanda jasa" dari komunitas terumbu karang, kata penulis utama hasil penelitian itu, ahli ekologi akuatik di Universitas Amsterdam, Jasper de Goeij.
"Hingga kini tak ada yang benar-benar memperhatikan spons. Mereka terlihat bagus, tetapi orang-orang lebih tertarik pada terumbu karang dan ikan," katanya seperti dilansir laman BBC.
"Ternyata spons adalah pemain besar- mereka layak mendapatkan penghargaan atas peran mereka," kata de Goeij.
"Jika Anda ingin terumbu karang penuh warna dan beraneka ragam, Anda butuh spons untuk memeliharanya".
Terumbu karang tropis dikelilingi air yang kurang nitrogen dan fosfor, yang seharusnya menghambat pertumbuhan mereka.
Dan karena terumbu karang melepaskan hingga separuh lebih bahan organik ke air laut, mereka memerlukan sistem untuk memulihkan nutrisi dan mendaurulangnya ke ekosistem.
Bakteri melakukan sebagian pekerjaan ini, tetapi hasilnya tidak cukup melimpah untuk melayani ketergantungan kimia keseluruhan komunitas terumbu karang.
Spons (porifera) adalah penyaring yang hidup di celah-celah batu, menyedot plankton dan bahan organik yang dilepas ke laut oleh karang.
Di Curacao, Kepulauan Karibia, de Goeij dan timnya mempelajari empat spesies utama spons- pertama dalam laboratorium akuarium, kemudian dalam sebuah terumbu karang alami dimana ilmuwan menutup sebuah rongga.
Mereka memberi makan porifera dengan gula berlabel dan menelusuri perjalanan molekul-molekul itu.
Pertama, spons menyerap gula itu dari air, yang lalu dengan cepat tertumpah ke dalam sel penyaring (choanocytes)-detritus (hasil penguraian tumbuhan dan binatang yang telah mati) yang jatuh ke dasar laut.
Dalam dua hari, molekul yang sama ada dalam makanan siput dan makhluk laut lain pada sedimen yang mengandung limbah spons.
Siput-siput ini nantinya menjadi makanan mahkluk lebih besar, dan begitulah lingkaran berlanjut.
Bukan hanya kecepatan, tetapi juga perputaran volume makanan yang membuat peneliti terkejut, sekitar 10 kali lebih banyak dari hasil daur ulang bakteri.
Tim peneliti Belanda memperkirakan "lingkaran spons" ini memproduksi nutrisi hampir sama banyak dengan produsen utama (terumbu karang dan alga) dalam keseluruhan terumbu karang tropis.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013