Jakarta (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah meminta Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) meningkatkan kompetensi bahasa asing pekerja migran Indonesia (PMI) karena dinilai kemampuan bahasanya masih lemah.
"Saya mengajak bapak ibu semua, kalau problemnya soal bahasa, ayo kita kejar bagaimana caranya kita bisa penuhi itu," ucap Menaker Ida Fauziyah saat membuka Rapat Penguatan Tata Kelola Penempatan dan Pelindungan PMI di Jakarta, Senin.
Dalam keterangan yang diterima Jakarta, Ida mengatakan bahwa banyak negara yang senang terhadap hasil pekerjaan tenaga kerja Indonesia. Namun, peluang untuk penempatan belum dapat dilakukan secara maksimal karena terkendala bahasa.
Dia memberi contoh bahwa pekerja Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengisi posisi di Jerman, tapi kebanyakan terkendala dengan kompetensi bahasa. Setidaknya butuh waktu sekitar delapan sampai 12 bulan untuk memenuhi persyaratan kompetensi bahasa tersebut.
Kondisi Indonesia yang tengah mengalami bonus demografi, jelas Ida, harus dimanfaatkan secara maksimal. Karena di sisi lain banyak negara yang sedang mengalami kondisi di mana penduduk berusia tua lebih banyak dari yang tingkat kelahiran.
Bonus demografi sendiri merupakan kondisi di penduduk usia produktif berjumlah lebih banyak dibanding yang tidak produktif. Untuk Indonesia, puncak bonus demografi diperkirakan terjadi pada 2030.
"Oleh karena itu, kalau kita menyiapkan kompetensi bahasa pekerja migran kita dengan baik, saya kira peluang juga akan banyak kita raih," demikian Ida Fauziyah.
Baca juga: Menaker apresiasi keseriusan Jerman dalam penempatan perawat Indonesia
Baca juga: DPR RI: Sosialisasi pekerja migran legal perlu dimasifkan, cegah TPPO
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024