Jakarta (ANTARA News) - Tidur selama enam hingga delapan jam di malam hari bisa menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan stroke.
Berdasarkan studi terbaru, peneliti menemukan orang yang tidur kurang dari enam jam di malam hari memiliki kemungkinan terkena serangan jantung atau stroke dua kali lipat, dibanding mereka yang tidur enam hingga delapan jam, demikian dilansir Dailymail.
Mereka juga memiliki risiko 2/3 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan jantung kongestif yang membuat kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh melemah sehingga berpotensi merusak organ-organ lain.
Tidur lebih dari delapan jam semalam dikaitkan dengan dua kali lipat berisiko angina dan kemungkinan 19 persen lebih tinggi terserang penyakit arteri koroner.
Penulis utama Dr Saurabh Aggarwal, dari Chicago Medical School, mengatakan orang-orang dengan durasi tidur yang terlalu lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan risiko tersebut menurun dengan normalnya durasi tidur.
"Enam hingga delapan jam adalah durasi tidur terbaik," katanya.
Berdasarkan data Yayasan Jantung Inggris, lebih dari 159 ribu orang di Inggris, meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular pada 2011.
Satu dari enam pria dan satu dari sembilan wanita meninggal karena penyakit jantung koroner, dari total hampir 74 ribu kematian. Sementara stroke menyebabkan 42 ribu orang meninggal dunia.
Studi terbaru dilakukan dengan melibatkan 6.538 orang yang berasal dari warga yang berdasarkan data kesehatan nasional AS pernah terserang penyakit kardiovaskular.
Kuisioner yang diberikan pada partisipan yang rata-rata berusia di awal 60 tahun, memperlihatkan mereka biasa tidur dengan rata-rata selama kurang tujuh jam semalam.
Analisa lamanya orang tersebut tidur memperlihatkan dengan jelas kecenderungan bahwa penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang orang-orang dengan waktu tidur kurang dari enam jam atau lebih dari delapan jam.
Hasilnya disesuaikan untuk memperhitungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko kardiovaskular termasuk usia, indeks massa tubuh, kolesterol, merokok, tekanan darah, gangguan tidur dan riwayat keluarga penyakit jantung.
Dr Aggarwal dan rekan menulis bahwa gangguan pola tidur dapat memiliki efek luas pada metabolisme tubuh, sistem kekebalan tubuh dan hormon.
Durasi tidur yang minim berefek pada meningkatnya tekanan hormon kortisol, peningkatan tekanan darah, hiperaktivitas dari sistem saraf simpatik dan peradangan meningkat.
Sementara alasan mengapa tidur lebih panjang daripada rata-rata meningkatkan risiko terserang penyakit kardiovaskular, belum diketahui dengan jelas.
Hal tersebut bisa terjadi akibat faktor risiko itu sendiri yang berubah atau bisa juga bahwa orang yang tidur lebih lama mungkin mengalami depresi, miskin dan tidak aktif secara fisik.
Para penulis mengatakan bahwa hasil penelitian mereka untuk menyelidiki hubungan antara gangguan tidur yang diketahui terkait dengan penyakit jantung, membuat penelitian tersebut menunjukkan adanya indikator kuat tentang pentingnya durasi tidur dengan penelitian lain
"Meskipun hasil studi ini menunjukkan hubungan antara durasi tidur dengan kesehatan jantung anda, kami tidak bisa mengatakan bahwa durasi tidur anda akan menyebabkan penyakit jantung dan stroke," kata Amy Thompson, perawat jantung senior di British Heart Foundation.
Menurut dia, memulai gaya hidup yang aktif, dengan diet sehat dan banyak berolahraga akan meningkatkan kesehatan mental dan fisik dan membantu untuk mudah tidur. "Jika anda mengalami masalah gangguan tidur, bicaralah dengan dokter," katanya.
Penerjemah: Anita Permata Dewi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013