Baghdad (ANTARA News) - Satu kelompok terdepan Al-Qaida mengklaim melakukan serangan terhadap pasukan keamanan di wilayah yang biasanya tenang, otonomi Kurdi di Irak, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di forum jihad Honein pada Minggu (6/10).
Negara Islam Irak menyatakan serangan 29 September itu merespons keinginan presiden wilayah Kurdi Massud Barzani untuk memberikan dukungan kepada pemerintah di Baghdad dan pasukan Kurdi memerangi pejihad di Suriah, demikian seperti dilansir AFP.
Para gerilyawan membunuh tujuh anggota dinas keamanan Asayesh dan melukai lebih dari 60 orang dalam serangan akhir September di wilayah ibu kota Kurdi, Arbil.
Asayesh mengatakan seorang pembom bunuh diri meledakkan peledak di pintu masuk markas mereka, setelah pasukan Asayesh bentrok dengan empat pembom lainnya, membunuh mereka, sebelum peledak lain meledakkan ambulans berisi bahan peledak.
Serangan itu adalah yang pertama memukul Arbil sejak Mei 2007, ketika sebuah bom truk meledak dekat markas Asayesh yang sama, menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 80.
Wilayah Kurdi di Irak yang biasanya terhindar dari kekerasan hampir setiap hari yang terjadi di Irak, telah terlibat dalam konflik berdarah yang berkecamuk di sepanjang perbatasan di Suriah.
Bentrokan-bentrokan antara pasukan Kurdi dan pelaku jihad yang berusaha untuk mengamankan area koridor yang menghubungkan mereka ke Irak mendorong puluhan ribu orang Kurdi Suriah melintasi perbatasan, mencari perlindungan di Kurdistan Irak.
Barzani mengancam untuk campur tangan dalam konflik Suriah guna melindungi warga sipil Kurdi, meskipun para pejabat telah menarik mengenai sambutannya.
Kurdistan Irak menikmati otonomi tingkat tinggi dari Baghdad, dan parlemen regional telah memberlalukan hukum tentang berbagai hal. Daerah Kurdi juga mengoperasikan pasukan keamanan sendiri dan rezim visa sendiri.
(Uu.H-AK)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013