Surabaya (ANTARA News) - Menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seusai Kepala Negara menunaikan shalat, ratusan warga Kelurahan Siring, Porong, Sidoarjo, masih sibuk mengemasi barang-barang mereka yang diterjang banjir lumpur akibat tanggul "lautan lumpur" Lapindo Brantas Inc, jebol, Kamis (10/8) pagi. Dari pemantauan, warga dari berbagai usia, baik remaja, dewasa, maupun ibu-ibu dan orang tua, masih terus mengangkuti perabotan rumah tangga, seperti kursi, tempat tidur, almari, barang elektronik, hingga peralatan dapur, walaupun sebagian sudah belepotan lumpur. Banyak ibu-ibu yang terlihat dengan susah payah mengangkut barang-barang mereka di tengah genangan lumpur setinggi lutut hingga paha orang dewasa. Aktivitas ini juga berlangsung sepanjang Kamis malam hingga Jumat dini hari. "Saya sedih melihatnya, banyak ibu-ibu sudah tua kerepotan mengangkuti barang-barang di tengah genangan lumpur. Ada juga sih beberapa aparat TNI yang turut membantu, tapi jumlahnya tampaknya tak memadai," ujar Drs. H. Satrijo Wiweko, dari LSM Sahabat Lingkungan, yang terus melakukan pemantauan semburan lumpur panas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tiba di Bandara Juanda pukul 11.13 WIB, kemudian melaksanakan shalat Jumat dan direncanakan menerima paparan dari beberapa pihak, baru kemudian meninjau lokasi semburan lumpur panas dan pengungsian di Pasar Baru Porong. Warga korban banjir lumpur nekad menyelamatkan barang-barangnya, karena mereka berpendapat tidak mungkin lagi kembali ke tempat tinggal mereka yang sudah dihuni bertahun-tahun itu. "Coba lihat rumah-rumah itu sudah tenggelam oleh lumpur. Mungkin rumah kami sebentar lagi juga akan seperti itu," kata beberapa warga Siring yang hampir seluruh pakaian dan tubuhnya "terbalut" lumpur. Genangan lumpur bercampur air di kawasan dekat Markas Koramil Porong yang juga tergenang banjir lumpur, tinggi genangannya bervariasi, ada yang mencapai satu meter, tapi sebagian sekitar setengah meter. Kondisi ini tidak hanya membuat seluruh warga harus mengungsi ke Pasar Baru Porong, tetapi juga harus meninggalkan seluruh kegiatan ekonomi dan lainnya di wilayah yang diterjang banjir lumpur.(*)
Copyright © ANTARA 2006