Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Jumat pagi, bergerak pada kisaran 9.055/9.058 per dolar AS, naik 15 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya 9.070/9.095 per dolar AS.
Melemahnya dolar AS terhadap yen telah membantu posisi tawar rupiah hari ini, beberapa indikator yang menunjukkan melambannya ekonomi AS membuat dolar AS mengalami tekanan, demikian seorang dealer dari sebuah bank swasta nasional di Jakarta.
Sementara menurut Direktur Retail Banking Bank Mega, Kostaman Thayib, keputusan The Fed (bank sentral AS) mempertahankan suku bunga ditengah melemahnya beberapa indikator ekonomi negara itu telah memicu melemahnya dolar.
Dolar AS turun menjadi 115,27 yen dibanding hari sebelumnya 115,36 yen, namun koreksi dolar tidak besar, setelah data Departemen Perdagangan AS memperlihatkan defisit perdagangan AS menyempit menjadi 64,8 miliar dolar AS pada Juni, dari angka revisi 65,0 miliar dolar AS pada Mei.
Di pasar global tejadi sedikit aksi jual menyusul pertemuan The Fed dan penyesuaian posisi portofolio para investor, juga pertumbuhan tahunan produk domestik bruto (PDB) AS yang melambat menjadi 2,5 persen dari 5,6 persen pada kuartal pertama.
Rupiah, lanjutnya, masih berpeluang naik lebih jauh dan mendekati level 9.000 per dolar AS, bahkan melewati level tersebut, apabila pelaku lokal konsisten membeli rupiah.
Apabila tidak ada hambatan pada penutupan sore nanti, maka rupiah akan terus menguat hingga 9.000 per dolar AS, katanya.
Ditanya tindak lanjut penurunan bunga
BI Rate, menurut dia, Bank Indonesia (BI) harus memantau tingkat suku bunga yang berlaku di lapangan.
Penurunan suku bunga BI tersebut tidak serta merta diikuti di perbankan, namun biasanya setelah tiga bulan sejak diumumkan, katanya.
"Kebijakan BI untuk menurunkan BI rate sudah cukup bagus namun yang lebih penting bagi dunia usaha adalah
current rate (suku bunga pinjaman) bukan
BI rate," ujarnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006