... karena sangat jelas bahwa korupsi sangat mempengaruhi iklim investasi di suatu negara... "
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengibaratkan korupsi seperti penyakit kanker yang menggerogoti bangsa yang harus dibasmi hingga ke akar-akarnya.

"Anda bisa mengambil satu bagian kecilnya, tetapi hal itu akan tetap berada di sistem dan bisa tumbuh kembali sewaktu-waktu," kata Lee, dalam satu sesi diskusi APEC CEO Summit 2013, di Nusa Dua, Bali, Minggu.


CEO Summit APEC 2013 menjadi satu seri aktivitas penting dalam putaran KTT APEC 2013, yang dihadiri lebih dari 1.200 pemimpin puncak bisnis APEC. Selain Lee, Frank Ning (COFCO Corporation), Raymond McDaniel (Moody's Corporation), dan Dennis Nally (US Operations PricewaterhouseCooper), menjadi pembicara pada sesi dialog pertama itu.

Lee mengatakan, setiap negara punya cara masing-masing memberantas korupsi dan kisah suksesnya pun berbeda.

"Semuanya tergantung bagaimana pemerintah menerapkan kebijakan yang tegas, karena sangat jelas bahwa korupsi sangat mempengaruhi iklim investasi di suatu negara," katanya.

Lembaga Transparansi Internasional pada 2012 menempatkan Singapura sebagai negara dengan tingkat korupsi terendah kelima di dunia setelah Denmark, Finlandia, Selandia Baru, dan Swedia.

Sebagai gambaran, Biro Investigasi Praktik Korupsi (CPIB) Singapura bahkan sempat mengungkap skandal sindikat kriminal terorganisir yang sengaja mengatur hasil pertandingan sepak bola di negara itu.

Namun Singapura sendiri sering dituding sebagai tempat persembunyian para buronan korupsi dari Indonesia, plus dana haram yang mereka kuasai. Singapura juga sering disebut menjadi tujuan idaman pemodal Indonesia saat pelarian modal terjadi pasca kerusuhan 1998.

Untuk bisa mengekstradisi tersangka koruptor Indonesia dari Singapura, negara pulau itu mensyaratkan bukti otentik yang mendukung tuduhan, bahwa memang orang yang diburu adalah koruptor dan asetnya di Singapura merupakan hasil korupsi.

Pewarta: Panji Pratama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013