Jakarta (ANTARA) - Mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) periode Presiden Soeharto, Prof Haryono Suyono mengingatkan pentingnya program bina keluarga balita (BKB) untuk mencetak pemimpin bangsa di masa depan.

"BKB itu diukur bukan dari pembinanya, tetapi dari balita yang tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang saat Indonesia berulang tahun ke-100, akan menjadi pemimpin bangsa," kata Haryono dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia menyebutkan saat ini adalah periode yang tepat untuk bekerja keras memberdayakan masyarakat, bukan hanya mendidik, sehingga pada saat Indonesia berusia 100 tahun, para balita yang dibentuk lewat BKB sudah menjadi pemimpin bangsa yang sanggup berdiri sejajar dengan pemimpin bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.

Baca juga: BKKBN gencarkan Program BKB optimalkan penurunan stunting di 1.000 HPK

"Jadi, para balita yang akan menjadi pemimpin bangsa yang akan dianut oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia," ujar dia.

Ia juga menekankan bahwa masyarakat Indonesia harus berpikir positif dan memandang ke depan agar pemberdayaan juga dapat mengangkat orang-orang miskin, sehingga tidak tergantung pada pemberian bantuan terus-menerus.

"Pemberdayaan itu penting untuk menjadikan kita mandiri dan sanggup menjadi pemimpin bangsa," ucapnya.

Pada diskusi tersebut, kader BKB asal Madiun, Jawa Timur Wuryaning berbagi pengalamannya dalam mengurus BKB di kota tersebut.

"Menurut saya, BKB saat ini lebih luas penjabarannya, tidak hanya membina keluarga balita, tetapi juga bagaimana membina tumbuh kembang balita secara optimal," tuturnya.

Ia mengisahkan BKB Asri yang diketuainya dan pertama kali dibentuk pada tahun 2008, adalah salah satu BKB terbaik dan percontohan di Kota Madiun dari 112 BKB yang ada di daerah itu.

"Kami juga memantau perkembangan anak lewat kartu kembang anak (KKA) daring dan KKA luring, ada kalender pengasuhan. Kami juga punya e-Bunda Hebat, khusus di Kota Madiun bisa diakses di dinkes.madiun.go.id," tuturnya.

Ia mengemukakan kader BKB di Kota Madiun juga memberikan pelayanan dan kunjungan rumah, serta memotivasi ibu balita apabila merujuk anaknya untuk melakukan pemeriksaan ketika memiliki permasalahan tumbuh kembang.

"Kami juga memiliki beberapa inovasi yang kami ampu di BKB, yakni inovasi centing mayur (cegah stunting dengan makan sayur dan protein) dan balo anting (bahan lokal anti stunting). Centing mayur kami memberikan sayuran dan protein berupa telur atau ikan (lele), sedangkan balo anting kita berupa bahan lokal yang kita olah, seperti nugget atau bakso sayur," paparnya.

Baca juga: BKKBN: 64 persen balita terpantau perkembangannya melalui BKB

Baca juga: BKKBN targetkan pantau perkembangan sejuta anak per bulan melalui BKB

Ia mengutarakan pihaknya juga berkolaborasi dengan pekarangan pangan lestari (P2L) yang ada di lingkungan BKB untuk pencegahan stunting.

"Dari sini, ibu balita tergerak untuk mengikuti BKB," ucapnya.

Wuryaning menyampaikan BKB di daerahnya secara aktif mengelola sekolah orang tua hebat, yang merupakan inovasi dari perwakilan BKKBN Jawa Timur.

"Dalam sekolah orang tua hebat tersebut, ada proses belajar-mengajar untuk meningkatkan keterampilan orang tua dalam pengasuhan, mengoptimalkan tumbuh kembang dan karakter positif anak atau balita BKB," katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024