Faktor itu turut memberi dampak mata uang regional dan lainnya

Kuala Lumpur (ANTARA) - Menteri Keuangan II Malaysia Amir Hamzah Azizan mengatakan pergerakan Ringgit Malaysia (RM) dipengaruhi berbagai faktor dan kejatuhan ringgit dalam tempo terdekat sebagian besar didorong oleh penguatan dolar AS dan ketidaktentuan pertumbuhan ekonomi China.

"Faktor itu turut memberi dampak mata uang regional dan lainnya," kata Amir dalam Sidang Dewan Rakyat di Gedung Parlemen, Kuala Lumpur, Kamis.

Hingga 28 Februari 2024, ia mengatakan nilai ringgit telah turun -3,5 persen terhadap dolar AS, sejalan dengan mata uang regional seperti Yen Jepang (-6,3 persen), Baht Thailand (-4,7 persen), dan Won Korea (-3,3 persen).

Sejak Maret 2022, Bank Sentral Amerika Serikat telah melakukan kenaikan suku bunga secara tiba-tiba dan agresif. Tarif utama AS pada awalnya ada di kisaran 0-0,25 persen, namun dinaikkan sebesar 525 basis poin menjadi kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen dalam waktu 16 bulan.

Pada masa yang sama, ia mengatakan jika dibandingkan Overnight Policy Rate (OPR) Malaysia hanya 125 poin dasar dari 1,75 persen menjadi 3,0 persen untuk periode yang sama.

Peningkatan OPR yang lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain dikatakan menjadi alasan utama ringgit menurun dibandingkan negara-negara tersebut.

Ia mengatakan perbedaan suku bunga yang signifikan dengan AS sebanyak 250 poin. Itu mendorong investor asing keluar yang memberi peluang lebih tinggi.

Ia juga mengatakan jika OPR dinaikkan untuk memperkuat ringgit, perekonomian negara akan terdampak dan berbagai pihak akan terbebani, peminjam harus membayar suku bunga yang lebih tinggi.

Baca juga: Malaysia sumbang klinik di Palestina RM 5 Juta
Baca juga: Najib Razak : Hutang pemerintah capai RM 800 miliar

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024