Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Royal Progress di Tanjung Priok, Jakarta Utara menyediakan prosedur radiologi intervensi menggunakan 'Digital Subtraction Angiography' (DSA) yang menjadi 'standar emas' atau acuan akurasi pemeriksaan kesehatan pembuluh darah lewat pemindaian tomografi terkomputasi (CT-Scan).
Peningkatan komitmen di layanan kesehatan bukan hanya ditunjukkan RS berusia 32 tahun tersebut melalui kehadiran dokter spesialis dan subspesialis yang berkompeten di bidangnya, namun juga dari kemajuan teknologi layanan penunjang.
"Harapan kami, masyarakat sekitar khususnya mereka yang berdomisili di Jakarta Utara, bisa mendapatkan kemudahan akses pengobatan terbaik untuk menangani permasalahan pada pembuluh darah melalui inovasi DSA di rumah sakit kami,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Royal Progress dr. Ivan R. Setiadarma, MM di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis.
Teknologi terapan ini dipandang karena menghadirkan terobosan signifikan dalam bidang kedokteran vaskular dengan memberikan gambaran yang sangat jelas tentang keadaan pembuluh darah pasien, sehingga diagnosis dan pengobatan dapat dilakukan dengan lebih tepat, efektif, dan aman.
Baca juga: Dokter bisa tekan 'emboli kolesterol' lewat radiologi intervensi
Dokter Spesialis Radiologi lulusan Universitas Hasanuddin dr. Kevin Julius Tanady, Sp.Rad, Subsp.RI (K) di RSRP Jakarta Utara, Kamis, mengatakan saat ini DSA bisa mendeteksi kelainan pada pembuluh darah secara lebih jelas dan terukur, sehingga diagnosa dan pengobatan yang diberikan oleh dokter dapat dilakukan dengan lebih tepat.
"Karena visualisasi pembuluh darah dihasilkan dengan resolusi yang jauh lebih tinggi dibandingkan CT-Scan atau MRI, diagnosa terhadap aliran dari pembuluh darah tersebut juga bisa kami lakukan secara 'real-time'," kata Kevin.
Selain itu, menurut Kevin, visualisasi digital yang dihasilkan DSA menggunakan sinar X dan juga cairan kontras memungkinkan hilangnya citra struktur tulang-belulang yang dapat mengganggu diagnosa dari pembuluh darah tersebut.
"Maka dari itu DSA ini menjadi 'gold standard' dalam pencitraan pembuluh darah otak," kata Kevin.
"Jadi kalau dibilang CT-Scan akurat 98 persen, 98 persen akurasi yang diperoleh setelah dibandingkan dengan DSA atau 'gold standard'-nya," tambah Kevin.
Seiring kemajuan teknologi, prosedur DSA dapat dilakukan dengan langkah yang lebih aman dan minimal sayatan.
Baca juga: Hindari rusak otak permanen dengan ingat "golden hour"
Pasien akan dibaringkan pada meja pemeriksaan angiografi, mendapatkan pembiusan secara lokal ataupun bius total sesuai kondisi, sambil dipantau organ vitalnya oleh tim medis.
Melalui kateter khusus, dokter akan menyuntikkan cairan kontras ke dalam bagian tubuh pasien yang akan diperiksa.
Dengan menggunakan sinar X, dokter akan memantau perjalanan kontras melalui pembuluh darah dan mengevaluasi kondisi vaskular pasien.
Saat pemeriksaan dinyatakan selesai, dokter akan langsung melakukan hemostasis pada lokasi penyuntikan untuk menghentikan perdarahan.
Setelah proses pemeriksaan selesai, pasien diharuskan beristirahat dengan posisi terlentang selama empat hingga enam jam. Tim medis akan melakukan pengamatan terhadap kondisi kesehatan pasien, khususnya komplikasi pada lokasi bekas suntikan.
Setelah tindakan vaskular, DSA dapat digunakan untuk memantau hasilnya dan memastikan bahwa perbaikan yang diinginkan telah tercapai.
DSA juga dapat membantu mengidentifikasi dini adanya komplikasi seperti pendarahan atau pembekuan darah yang dapat terjadi selama atau setelah tindakan vaskular.
Dengan teknologi digital terkini, dosis radiasi dapat diatur sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko paparan radiasi pada pasien.
Kehadiran teknologi DSA di RS Royal Progress membuka akses lebih luas bagi masyarakat sekitar untuk mendapatkan kemudahan akses terhadap pengobatan terbaik di bawah pengawasan dokter spesialis unggulan.
Dengan fasilitas dan sarana prasarana mumpuni, serta dukungan dari tenaga medis profesional bersertifikat yang ahli di bidangnya, RS Royal Progress memiliki misi untuk mencegah, mengobati, dan mendukung proses pemulihan kesehatan bagi seluruh pasien.
Baca juga: Pemeriksaan dengan CT Scan dapat tingkatkan risiko kanker pada anak
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024