Pihak Poltekes Kemenkes RI, yang diketuai Eva Yunirith di Arosuka, Kamis, menyebutkan berdasarkan hasil penelitian, ikan bilih adalah ikan spesifik yang terdapat hanya di Danau Singakarak dan Danau Maninjau, memiliki keunggulan utama dibanding ikan lain yaitu kadar zink yang tinggi yang mencapai 173,29 ppm atau setara dengan 17,329 mg/100g, kandungan itu jauh lebih tinggi dari kandungan zink dari hati sapi atau unggas.
Penggunaan ekstrak ikan bilih sebagai bahan pangan lokal berkualitas untuk suplementasi zink organik perlu dikembangkan sebagai upaya percepatan penanggulangan masalah anak stunted di Sumbar," katanya.
Ia menjelaskan, penyakit anak pendek (stunted) tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik yang lebih pendek, namun juga dapat menghambat perkembangan psikomotor dan kognitif.
selain itu, stunted juga beresiko tinggi menderita kombinasi dari gangguan penyakit kardiovaskular dan diabetes (syndrome metabolic).
Suplemen zink yang dikandung ikan bilih dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan tulang, serta memperkuat matriks tulang, katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok, Iryani M mengatakan, kandungan suplemen zink yang tinggi pada ikan bilih dapat dimanfaat untuk menekan kasus penyakit anak pendek di Sumbar.
Ia menyebutkan, pada tahun 2010 penderita anak pendek sebanyak 39,1 persen, jumlah itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 yang hanya 36,2 persen.
Sedangkan di Kabupaten Solok, tahun 2007 prevalensi anak pendek ini mencapai 36,2 persen, dan naik pada tahun 2010 menjadi 40,39 persen.
"Kami menyadari di Kabupaten Solok masih banyak anak-anak yang terbilang kurang gizi terutama menyangkut pertumbuhan fisiknya, terutama dengan adanya pemanfaatan ikan bilih ini masyarakat dapat terbantu," kata Iryani.
(KR-HMR/H014)
Pewarta: Hamriadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013