Jakarta (ANTARA News) - Kimchi, sejenis asinan sayuran hasil fermentasi yang dibalur dengan bumbu pedas merupakan makanan wajib bagi orang Korea.
Makanan yang satu ini mulai populer di Indonesia seiring dengan meluasnya tren Korean Wave.
Menurut Chef Hwang Jong Min dari JW Marriott Seoul, Korea Selatan, orang Indonesia kini dapat dengan mudah membuat kimchi karena bahan masakan Korea sudah banyak tersedia di sini.
Makanan yang satu ini mulai populer di Indonesia seiring dengan meluasnya tren Korean Wave.
Menurut Chef Hwang Jong Min dari JW Marriott Seoul, Korea Selatan, orang Indonesia kini dapat dengan mudah membuat kimchi karena bahan masakan Korea sudah banyak tersedia di sini.
Chef Hwang Jong Min menyiapkan potongan sawi putih, wortel, lobak, dan kucai yang dicincang panjang seperti korek api, biji wijen, dan pasta cabai.
"Membuat kimchi biasanya butuh waktu untuk menunggu proses fermentasi, minimal diamkan selama lima hari agar rasanya enak," katanya di Jakarta, Kamis, sebelum memulai demonstrasi membuat kimchi.
Dengan tangan yang dilapisi sarung tangan karet, dia mencampurkan semuanya dalam mangkuk besar lalu menyiramkan pasta cabai yang sudah dicampur dengan bawang putih dan jahe. Semuanya diaduk hingga rata.
"Kimchi seperti ini (tidak difermentasikan) mudah dibuat, cukup sepuluh menit saja," ujarnya berpromosi.
Sentuhan terakhir adalah menambahkan biji wijen ke atas kimchi. Dia menambahkan, minyak wijen juga boleh-boleh saja dituangkan sesuai selera.
Dalam membuat kimchi, orang Korea biasanya membuat dalam porsi banyak dan disimpan di lemari es untuk persediaan berbulan-bulan.
Bahkan, Chef Hwang Jong Min menjelaskan bahwa kimchi yang disimpan dalam suhu yang tepat, empat derajat celcius, bisa bertahan bertahun-tahun.
Bahkan, Chef Hwang Jong Min menjelaskan bahwa kimchi yang disimpan dalam suhu yang tepat, empat derajat celcius, bisa bertahan bertahun-tahun.
"Ada kimchi yang disimpan hingga enam tahun, rasanya enak. Di pasaran, kimchi yang difermentasi harganya lebih mahal," tutup Chef Hwang Jong Min.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013