Tokyo (ANTARA) - Operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Jepang Fukushima Daiichi pada hari Rabu memulai pelepasan air olahan radioaktif ke laut untuk keempat kalinya.
Seperti pada siklus sebelumnya, Tokyo Electric Power Company Holdings Inc.(TEPCO) akan membuang 7.800 ton air olahan selama sekitar 17 hari setelah memastikan tingkat radioaktivitas dari kumpulan air terbaru memenuhi standar utilitas dan yang ditetapkan oleh pemerintah, demikian dilansir Kyodo.
Pada pembuangan radioaktif yang merupakan periode terakhir tersebut, operator tidak menyimpan sementara air yang telah diolah dalam tangki besar untuk memeriksa kadar tritium sebelum dibuang. Namun akan memeriksa kadarnya melalui air yang mengalir melalui pipa, sama seperti yang dilakukan pada pembuangan sebelumnya.
Perusahaan pembangkit tersebut dan pemerintah Jepang berpendapat pelepasan air sangat penting untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang mengalami kerusakan inti itu menyusul gempa bumi besar dan tsunami pada tahun 2011.
Dengan air yang terkontaminasi terus terakumulasi dalam proses pendinginan bahan bakar yang meleleh, TEPCO memutuskan untuk melepaskan 31.200 ton air yang diolah dalam empat putaran pada tahun fiskal ini.
Putaran pertama telah dimulai pada 24 Agustus 2023 lalu dan pelepasan air diperkirakan akan berlangsung selama sekitar 30 tahun.
Sebelum dilepaskan, air olahan radioaktif tersebut disimpan dalam tangki yang dipasang di lokasi. Air yang diproses telah diencerkan dengan air laut hingga 1 per 40 konsentrasi yang diizinkan menurut standar keselamatan Jepang sebelum dialirkan melalui terowongan bawah air 1 kilometer dari pembangkit listrik.
Air tersebut juga telah melalui sistem pemrosesan cair yang menghilangkan sebagian besar radionuklida kecuali tritium, namun kini volumenya sudah mendekati kapasitas tampung.
Adapun pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia secara rutin melepaskan air olahan ke lingkungan sebagai bagian dari operasi normal. Air tersebut mengandung tritium dengan konsentrasi rendah dan dianggap kurang berbahaya dibandingkan bahan radioaktif lainnya dan radionuklida lainnya ke lingkungan sebagai bagian dari operasi normal.
Baca juga: Limbah nuklir, Jepang: Tritium tak terakumulasi dalam tubuh manusia
Baca juga: Menakar bahaya air limbah PLTN Fukushima
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024