Jakarta (ANTARA News) - PT Jamsostek memperkenalkan program jaminan sosial kepada nelayan agar mereka terlindung dari risiko kerja seperti kecelakaan dan kematian yang bisa datang kapan saja dan tanpa dapat diduga.
Siaran pers PT Jamsostek yang diterima di Jakarta, Kamis, menyebutkan Indonesia adalah negara bahari dan menjadi nelayan adalah termasuk salah satu profesi tertua tetapi dengan risiko relatif tinggi pula.
Saat ini profesi nelayan masih dikategorikan pekerjaan sektor informal sehingga membutuhkan dukungan agar dapat menghimpun diri, bekerja sama untuk mengikuti program jaminan sosial.
Berkaitan dengan itu PT Jamsostek Kantor Wilayah Jatim, Bali dan Nusa Tenggara mengadakan pelatihan bagi nelayan di Banyuwangi yang diikuti nelayan seluruh Indonesia. Pelatihan ini dilaksanakan di Balai Pusat Pelatihan Perikanan (BP3) di Wongsorejo.
Sekitar 50-an nelayan dari sejumlah provinsi hadir, diantaranya dari Bali, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur.
Acara yang berlangsung selama lima hari yang berisikan pemaparan materi teknik terkait melaut dan manajemen praktis. Pada pemaparan itu juga disampaikan risiko kerja lain, yakni risiko sakit dan perlunya santunan hari tua setelah tidak bisa melaut lagi.
Salah satu narasumber pada kegiatan dari Kantor Wilayah Jatimbanusra, I Nyoman Mastera, mengatakan untuk menjadi peserta program jamsostek cukup mengiur Rp3.000 per bulan atau disesuaikan dengan upah minimal masing-masing daerah.
Dengan nilai iuran seperti itu, setiap peserta berhak mendapatkan perlindungan dari risiko kecelakaan kerja, kematian, layanan kesehatan, dan jaminan hari tua.
Nyoman mencontohkan, seorang nelayan yang menjadi peserta apabila meninggal karena kecelakaan kerja kan mendapatkan santunan kematian hingga Rp24 juta dan biaya pemakaman Rp2,5 juta.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013