Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Ibrahim merekomendasikan sejumlah langkah mitigasi terkait dampak masih tingginya harga beras di wilayah ini menjelang Ramadhan.
"BI DIY merekomendasikan langkah mitigasi yang bersifat seasonal. Langkah pertama, dengan mengedukasi masyarakat untuk meminimalisir 'food waste' (membuang-buang makanan) dan belanja bijak," kata Ibrahim dalam keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu.
Berikutnya, menurut Ibrahim, diperlukan pula penguatan kerja sama antardaerah saat masa panen raya beras yang diperkirakan berlangsung pada Maret 2024.
Selain itu, pemantauan pasokan dan harga beras secara "real time" perlu dilakukan secara intensif dengan memanfaatkan sarana digital melalui website Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY.
"Kita juga bisa meningkatkan koordinasi dengan pelaku usaha terkait harga jual yang wajar dan pola distribusi yang lancar," ujar Ibrahim.
Sementara itu, guna menghadapi hari besar keagamaan nasional (HBKN) yakni Ramadhan dan Idul Fitri 2024, menurut Ibrahim, BI DIY merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang bersifat seasonal atau musiman dan struktural.
Mitigasi seasonal, kata dia, bisa dilakukan dengan memperkuat data dan informasi terkait pasokan, serta optimalisasi pelaksanaan pantauan pasar, terutama pada H-7 dan H+7 HBKN.
"Untuk mitigasi struktural, rekomendasi kami adalah memfasilitasi penelitian dan pengembangan tanaman pangan, membangun ketahanan pangan masyarakat melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan tidur, serta mengoptimalkan peran BUMD dalam distribusi komoditas pangan utama," kata dia.
Realisasi inflasi gabungan dua kota penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di DIY pada awal 2024 terjaga pada rentang sasaran nasional sebesar 2,5±1 persen (year on year/yoy).
Menurut dia, hal itu menjadi sinyal positif dalam mengawal inflasi DIY ke depan, meski potensi risiko tetap perlu diwaspadai, salah satunya terkait mundurnya masa panen raya padi akibat dampak El Nino menjelang momen Ramadhan dan Idul Fitri.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Herum Fajarwati menuturkan meski muncul sentimen terhadap kenaikan harga beras, data historis BPS menunjukkan jika kenaikan harga beras yang terjadi saat ini diiringi dengan peningkatan harga gabah kering giling (GKG) dan gabah kering panen (GKP) yang diterima petani sehingga diharapkan kesejahteraan petani masih terjaga.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024