Moskow (ANTARA News) - Kedutaan Besar Rusia di Tripoli, ibu kota Libya, diserang Rabu dan orang-orang bersenjata berusaha memasuki kompleks bangunan itu, demikian diumumkan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menurut laporan-laporan awal, tidak ada diplomat Rusia yang cedera dalam insiden tersebut, kata juru bicara kementerian itu Alexander Lukashevich, lapor Reuters.
"Di Tripoli... terjadi penembakan dan ada upaya untuk memasuki wilayah Kedutaan Besar Rusia di Libya," kata Lukashevich di televisi pemerintah Rusia.
"Menurut informasi awal, tidak ada yang terluka diantara anggota misi diplomatik Rusia," tambahnya.
Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.
Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.
Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.
NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.
Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.
Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.
Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013