Kami berkomitmen untuk terus mendukung industri perabot (furnitur) dan kerajinan agar dapat berkembang secara berkelanjutan.Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan bahwa potensi ekonomi produk furnitur ramah lingkungan sangat tinggi, dan kementeriannya berkomitmen mendukung pertumbuhan wirausaha baru yang ramah lingkungan terutama pada bidang furnitur dan kerajinan.
Dalam acara General Meeting Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), di Tangerang, Banten, Selasa, Teten menyebut kinerja UMKM sektor furnitur pada 2021-2023 mencapai 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS/sekitar Rp43,80 triliun), dengan jumlah serapan tenaga kerja langsung sebanyak 805 ribu.
Namun, Teten menyebut kinerja sektor kerajinan tangan masih belum mampu mengungguli kinerja subsektor kuliner atau fesyen.
"Kami berkomitmen untuk terus mendukung industri perabot (furnitur) dan kerajinan agar dapat berkembang secara berkelanjutan. Kami percaya bahwa kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga terkait akan membawa kita menuju masa depan yang lebih baik," kata Teten, dikutip dari siaran pers Kemenkop UKM.
Ia menuturkan salah satu dukungan yang diberikan Kemenkop UKM dalam mendukung wirausaha berkelanjutan pada sektor furnitur dan kerajinan, yaitu dengan membangun rumah produksi bersama (RPB) komoditas rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
RPB ini bertugas mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi dan furnitur.
RPB juga dibangun di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur untuk memproduksi bambu laminasi sebagai bahan pengganti kayu.
Kemenkop UKM bersama pemerintah daerah NTT telah membudidayakan bambu di lahan seluas 100 ribu hektare.
“Ini potensi yang sangat besar untuk mengembangkan dan memproduksi timber untuk furnitur," ujarnya lagi.
Meski potensi ekonomi dari produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan sangat tinggi, Teten menyebut masih ada berbagai tantangan. Jaminan ketersediaan bahan baku dan biaya logistik yang tinggi menjadi permasalahan yang harus dituntaskan.
Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat menyatakan bahwa permintaan produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan di pasar internasional terus meningkat.
Ia menyebut pada 2022, permintaan furnitur ramah lingkungan mencapai 51,02 miliar dolar AS (Rp798 triliun).
Meskipun angka ini baru mencapai 6,7 persen dibandingkan dengan permintaan furnitur secara keseluruhan, yakni sebesar 766 miliar dolar AS (Rp12 kuadriliun), tetapi pada 2060 permintaan furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai lebih dari 25 persen dari keseluruhan permintaan furnitur.
"Indonesia berpotensi besar untuk menjadi pusat pengembangan dan produksi furnitur terbesar di dunia. Kita punya kekayaan alam berlimpah di 17 ribu pulau terutama terkait dengan ketersediaan bahan baku furnitur yang berkelanjutan," kata Dedy pula.
Baca juga: Kemenperin: Interkoneksi sistem informasi pacu industri kayu olahan
Baca juga: Menperin targetkan kontribusi sektor furnitur kembali meningkat
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024