Akhir-akhir ini kita mendengar terjadinya banyak konflik harimau Sumatera dengan petani. Ini ada beberapa sebab yang memang harus kita teliti lebih lanjut
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan konflik antara manusia dan satwa seperti harimau yang terjadi baru-baru ini memiliki akar permasalahan yang kompleks, dengan salah satu cara mengatasinya termasuk mengembalikan ekosistem yang sehat.
"Akhir-akhir ini kita mendengar terjadinya banyak konflik harimau Sumatera dengan petani. Ini ada beberapa sebab yang memang harus kita teliti lebih lanjut. Apakah karena ada peningkatan populasi, karena peningkatan populasi itu ada konsekuensi," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko dalam acara menandai dimulainya Java-Wide Leopard Survey di Jakarta, Selasa.
Satyawan menjelaskan, penambahan populasi harimau sebagai predator tertinggi suatu ekosistem yang tidak dibarengi dengan banyaknya mangsa akan menimbulkan konflik. Sebaliknya, kehilangan predator tertinggi juga dapat menimbulkan konflik yang membuat satwa mangsanya seperti monyet bertambah.
Dia memberi contoh bagaimana jelang musim kemarau akan banyak muncul laporan mengenai monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) masuk ke lahan pertanian.
"Ini akar permasalahannya sangat kompleks kita termasuk di dalamnya adalah kita harus mengembalikan ekosistem yang sehat agar ada check and balance. Jadi ketika populasi prey naik itu harus ada predator yang mengurangi populasi tersebut," katanya.
Konsekuensi lainnya adalah masuknya satwa yang bukan asli dalam ekosistem tertentu, termasuk keberadaan anjing liar di hutan-hutan taman nasional yang dapat menjadi ancaman bagi populasi mangsa predator asli serta dapat menjadi penyebab penyerangan terhadap ternak warga.
"Jadi harus kita perhatikan keseimbangan ekosistem itu memang dikendalikan oleh top predator," kata Satyawan.
Beberapa waktu terakhir terdapat laporan mengenai konflik harimau dengan manusia, termasuk kasus tewasnya seorang warga di Lampung Barat yang diduga diterkam harimau pada 22 Februari 2024. Kejadian serupa juga terjadi di wilayah yang sama pada 8 Februari lalu.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024