Jadi lebih baik berlindung di tempat yang aman di dalam rumah, di dalam gedung yang kokohJakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di tanah air agar tetap mewaspadai terjadinya puting beliung pada bulan Maret hingga April 2024.
“Kemungkinan untuk terjadi puting beliung ini masih terjadi selama Maret. Maret-April lah pancaroba. Jadi itu yang harus diwaspadai. Angin tidak harus memutar, tetapi angin kencang pun juga bisa terjadi,” kata Dwikorita usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan, angin kencang memutar yang terjadi di wilayah Jawa Barat beberapa waktu lalu bisa saja kembali terjadi di wilayah lain Indonesia, dengan kecepatan yang meningkat dan durasi lebih lama.
Dwikorita juga menjelaskan, apa yang terjadi di Jawa Barat beberapa waktu lalu adalah angin dengan kecepatan sekitar 65 km per jam, atau belum masuk kategori tornado yang memiliki kecepatan 100 km per jam.
“Yang kemarin itu kecepatan rata ratanya belum capai 100 km per jam. Ya masih jauh, itu rata-ratanya masih sekitar 65 km per jam. Nah kalau tornado itu kecepatan minimum 100 km per jam. Namun tidak menutup kemungkinan bisa meningkat ya. Cuma Alhamdulillah kemarin sudah berhenti 4 menit ya,” katanya.
Menurutnya, angin di Jawa Barat beberapa hari lalu merupakan angin puting beliung atau mini tornado.
Angin kencang dapat terjadi karena awan hitam yang berkumpul di langit.
Dwikorita mengimbau masyarakat segera berlindung di dalam bangunan yang kokoh, apabila mendapati awan hitam gelap dan angin kencang.
“Sehingga kalau kita melihat itu kok awannya sudah gelap ini sebaiknya kita mencari perlindungan. Paling aman ya di dalam bangunan yang kokoh. Jangan di bawah pohon. Karena juga akan terjadi, antar-awan itu kan juga bisa terjadi kilat petir ya. Nah kalau di bawah pohon kan bisa kita terkena. Jadi lebih baik berlindung di tempat yang aman di dalam rumah, di dalam gedung yang kokoh,” katanya.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga, Mentari Dwi Gayati
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024