Yangon (ANTARA News) - Kerusuhan anti-Muslim melanda bagian barat Myanmar pada Selasa dengan ratusan orang membakar rumah-rumah dan menusuk seorang wanita lanjut usia hingga meninggal, kata polisi.
Kerusuhan tersebut terjadi bersamaan waktunya dengan kunjungan Presiden Thein Sein ke wilayah itu.
Serangan-serangan terhadap kelompok berbeda agama di Myanmar telah membayangi reformasi politik yang dilakukan mantan jenderal itu sejak kekuasaan militer berakhir pada 2011.
Thein Sein, mengadakan lawatan pertamanya ke negara bagian Rakhine sebagai presiden. Dia dijadwalkan akan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan komunitas Buddha dan Muslim selama kunjungan dua hari, menurut pejabat di kantor kepresidenan.
Kekerasan merebak di kawasan-kawasan pedesaan dekat kota Thandwe pada pagi hari. Sekelompok massa dari etnis Rakhine beragama Buddha dan berjumlah sekitar 800 orang membakar sekitar 18 rumah dan membunuh seorang wanita etnis Kaman berusis 94 tahun, kata seorang perwira polisi yang tak bersedia disebut namanya.
Sejumlah rumah lagi dibakar di satu desa lain sementara pasukan keamanan melepaskan 30 tembakan peringatan untuk membubarkan dua kelompok berlawanan itu yang berada dekat kantor polisi.
Perwira itu mengatakan kehadiran militer telah ditambah di kawasan Thandwe, yang akan Thein Sein kunjungi pada Rabu.
Sekitar 250 orang terbunuh dan lebih 140.000 kehilangan rumah dalam beberapa kekerasan di negeri itu sejak Juni 2012, sebagian terjadi di Rakhine.
Thein Sein, mantan perdana menteri junta yang menjadi presiden, memanfaatkan waktunya pada Selasa mengunjungi satu kawasan berbeda di Rakhine yang dihuni sebagian besar oleh Muslim Rohingya yang tanpa negara.
"Fokus utama lawatan itu adalah kekerasan komunal," kata pejabat di kantor kepresidenan itu, yang meminta namanya tak disebutkan.
Kepolisian Rakhine mengatakan Presiden itu diperkirakan akan mengunjungi kamp-kamp yang dihuni pengungsi Rabu pagi.
Kekerasan paling akhir itu terjadi gara-gara soal lahan parkir dekat satu rumah Muslim pekan lalu di kota Thandwe yang memicu serangan-serangan dengan membakar rumah-rumah milik warga Muslim Kaman setempat, menurut pihak berwenang.
Bentrokan-bentrokan di negara bagian Rakhine pada Juni dan Oktober tahun lalu merenggut 200 jiwa, sebagian besar warga Rohingya yang kewargaannya ditolak oleh Myanmar dan dipandang oleh pemerintah dan banyak penduduk setempat sebagai imigran gelap dari Bangladesh, tetangganya.
Kaman -- satu minoritas yang diakui resmi di Myanmar -- juga diserang dalam kekerasan di Rakhine pada Oktober. Konflik itu meluas ke berbagai kawasan di seantero negeri itu dengan komunitas Muslim menjadi sasaran.
Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013