Dokter sekaligus Head of Public Health Save the Children Indonesia Firda Yani memastikan pihaknya akan turut membantu mengedukasi terkait Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Pneumonia dan Diare (RANPPD) 2023-2030 yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga ke level desa.
Hal tersebut, lanjut dia, menjadi kontribusi lain Yayasan Save the Children Indonesia dalam menekan angka kasus pneumonia, khususnya pada anak usia di bawah 5 tahun, selain program Fighting Against Childhood Pneumonia (FACP) yang diinisiasi di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2021.
Sementara untuk memastikan keberlanjutan program FACP, ia menerangkan pihaknya mengadvokasi Pemda Kabupaten Lombok Tengah untuk membuat standar operasional prosedur (SOP) terkait pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di 29 puskesmas agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kemenkes.
Adapun pada level posyandu, Firda menerangkan Yayasan Save the Children Indonesia telah membuatkan panduan dalam bentuk buku lembar balik (flipbook) untuk standarisasi layanan edukasi maupun penyuluhan seputar kesehatan keluarga, termasuk pendeteksian gejala awal pneumonia.
“Di Charles Monat, kami berkomitmen untuk membantu berjuang melawan Pneumonia bersama Save the Children. Perjuangan ini belum selesai, kami sendiri hanya dapat mencapai sejauh ini. Kami berharap kesadaran ini akan menciptakan keberlanjutan dalam melawan penyebab kematian anak-anak Indonesia yang dapat dicegah,” katanya.
Baca juga: Kader Posyandu di Lombok Tengah terus gencarkan PHBS dan imunisasi
Baca juga: Save the Children beri advokasi dan edukasi tekan kasus pneumonia anak
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024