Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan deflasi yang terjadi pada September sebagai koreksi atas tingginya harga barang pada Agustus.
"Karena bulan yang lalu tinggi dan memang ada koreksi, penurunan harga belum," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Sejak pengumuman kenaikan harga barang pada akhir Juni lalu, belum ada koreksi harga sampai dengan Agustus. Akibat kenaikan harga BBM, inflasi pada Juli meningkat pesat hingga menyentuh 3,29 persen.
Namun, kenaikan harga tersebut tak kunjung mereda di Agustus mengingat adanya momen lebaran serta naiknya tarif listrik. Baru pada September harga-harga ini terkoreksi.
Badan Pusat Statistik mengumumkan pada September 2013 terjadi deflasi 0,35 persen. Deflasi September pertama kali sejak 2001.
Agus Marto memerkirakan, deflasi tidak akan terjadi lagi pada bulan ini, karena koreksi harga yang berlangsung selama September sudah kembali normal.
"Saya lihat secara historis, dan juga karena pengaruh bulan lalu yang tinggi, memang terjadi pada bulan ini. Bulan depan, diperkirakan sudah tidak deflasi," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya memperkirakan inflasi pada 2013 secara keseluruhan di sekitar 9--9,8 persen.
Sementara itu, deflasi 0,35 persen pada September membuat inflasi tahun kalender Januari-September 2013 sebesar 7,57 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) 8,4 persen. Sedangkan inflasi komponen inti September 0,57 persen dan inflasi (yoy) 4,72 persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, menurut kelompok komponen, inflasi umum menyumbang andil deflasi 0,35 persen diikuti harga bergejolak deflasi 0,75 persen, namun inflasi inti menyumbang andil inflasi 0,34 persen, diikuti harga diatur pemerintah inflasi 0,06 persen.
Deflasi tersebut terjadi karena adanya penurunan harga komoditas bahan makanan di beberapa daerah, yang terlihat dari kelompok bahan makanan, yang menyumbang andil deflasi 0,76 persen.
Sedangkan dari kelompok pengeluaran lainnya, komponen transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga ikut mengalami deflasi pada September dan menyumbang andil 0,12 persen.
Namun, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang inflasi 0,13 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami inflasi 0,13 persen.
Kemudian, kelompok sandang menyumbang inflasi 0,21 persen karena pengaruh harga emas internasional, kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,01 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,05 persen.
(M041/A026)
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013