Jakarta (ANTARA) - Kombinasi obat-obatan, suntikan insulin, dan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk mengelola diabetes. Namun, sebuah studi baru telah mengungkapkan potensi pengobatan bebas obat untuk diabetes, karena para peneliti mencatat penurunan signifikan dalam tingkat gula darah setelah satu sesi terapi cahaya merah selama 15 menit.
Dikutip dari Medical Daily, Senin, terapi menggunakan cahaya merah dengan panjang gelombang rendah untuk mengatasi berbagai masalah kulit seperti keriput, kemerahan, jerawat, dan bekas luka, memerangi tanda-tanda penuaan. Para peneliti sedang aktif mengeksplorasi aplikasi potensialnya dalam pengobatan kondisi medis lain di luar masalah dermatologis.
Dalam studi yang diterbitkan di Jurnal Biophotonics, para peneliti menemukan bahwa paparan cahaya merah 670 nanometer (nm) merangsang produksi energi di dalam mitokondria individu sehat, pembangkit energi sel, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan konsumsi glukosa.
Baca juga: Penderita diabetes perlu pahami dua hal sebelum coba pengobatan herbal
Baca juga: Pakar kembangkan metode terapi "stem cell" untuk obati diabetes
Para peneliti melakukan studi di antara 30 peserta sehat yang tidak memiliki kondisi metabolik atau tidak mengonsumsi obat apa pun. Mereka secara acak dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang terpapar cahaya merah 670 nanometer selama 15 menit dan kelompok plasebo di mana peserta tidak terpapar cahaya sama sekali.
Peserta harus menyelesaikan tes toleransi glukosa oral dan mencatat tingkat gula darah mereka setiap 15 menit selama dua jam berikutnya.
Analisis menunjukkan bahwa terapi cahaya merah menghasilkan penurunan 27,7 persen dalam tingkat glukosa darah setelah mengonsumsi glukosa dan mengurangi lonjakan glukosa maksimum sebesar 7,5 persen.
Meskipun studi ini dilakukan pada orang tanpa diabetes, para peneliti berharap temuan mereka dapat bermanfaat bagi mereka yang memiliki kondisi tersebut.
"Jelas bahwa cahaya memengaruhi cara kerja mitokondria dan ini memengaruhi tubuh kita secara seluler dan fisiologis. Studi kami telah menunjukkan bahwa kita dapat menggunakan satu paparan terapi cahaya merah selama 15 menit untuk mengurangi tingkat gula darah setelah makan. Meskipun ini hanya dilakukan pada individu sehat dalam makalah ini, ini memiliki potensi untuk memengaruhi kontrol diabetes ke depan, karena dapat membantu mengurangi lonjakan glukosa yang berpotensi merusak dalam tubuh setelah makan," kata penulis studi, Dr. Michael Powner, dalam rilis berita.
Selain manfaat potensial dari terapi cahaya merah, studi ini juga menyoroti konsekuensi jangka panjang yang signifikan dari cahaya biru bagi kesehatan manusia, termasuk disfungsi regulasi gula darah. Temuan tersebut menjadi penting, terutama mengingat prevalensi yang semakin meningkat dari pencahayaan LED, yang memancarkan proporsi cahaya biru yang lebih tinggi dan kurang cahaya merah.
Baca juga: Dokter: Suntik insulin pada anak diabetes tidak sebabkan komplikasi
Baca juga: Mengonsumsi buncis sebagai terapi penderita diabetes
Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024