Jayapura (ANTARA News) - Penembakan terhadap kapal dan nelayan asal Indonesia yang dilakukan tentara Papua Nugini (PNG ) merupakan bukti arogansi tentara negara yang berbatasan langsung dengan Papua itu, apalagi nelayan tersebut sama sekali bukan penjahat.
"Seharusnya dalam melakukan penanganan terhadap nelayan yang diduga melakukan penangkapan ikan di negaranya tidak perlu dengan memberondong tembakan ke arah kapal hingga menyebabkan seorang nelayan tewas dan lainnya luka-luka," tegas anggota DPRP Papua, Jan Ajomi, yang juga menjabat Wakil Ketua DPD Golkar kepada ANTARA di Jayapura, Kamis.
Menurut Jan Ajomi, seharusnya tentara PNG saat menangkap tidak perlu memuntahkan sebutir peluru pun dari moncong senjata mereka.
Mereka harus belajar dari aparat keamanan RI bila menangkap warga negara PNG yang melakukan pendekatan persuasif, apalagi warga PNG dan RI seringkali saling mengunjungi, termasuk orang PNG datang ke Papua mengunjungi keluarga maupun berbelanja aneka kebutuhan sehari-hari .
"Saya sangat menyesalkan terjadinya insiden tersebut. Kami minta Pemda Papua segera turun tangan guna mengusut tuntas kasus tersebut sehingga tidak terulang lagi dimasa mendatang sekaligus menghindari jangan sampai mengarah kepada buruknya hubungan antara kedua negara RI dengan PNG ," harap Jan Ajomi.
Dikatakannya, seharusnya tentara PNG itu menangkap, menahan dan memproses para nelayan Indonesia itu sesuai hukum yang berlaku di negara tersebut dan hal itu dilakukan tanpa harus mengeluarkan tembakan karena para nelayan itu bukan penjahat atau melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan PNG.
Insiden penembakan terhadap kapal nelayan "Buana Jaya" asal Papua yang dilakukan tentara PNG, Selasa (8/8), menyebabkan satu orang tewas yakni Mulyadi, dan dua lainnya mengalami luka tembak yaitu Hamid dan Kopal.
Sedangkan tujuh nelayan lainnya hingga kini masih ditahan di kantor polisi Vanimo, ibukota Propinsi Sandaun, PNG. (*)
Copyright © ANTARA 2006