Pada Mei hingga Juni 2008, sekitar seratus paus melon-headed (peponocephala electra) memasuki laguna Loza yang dangkal di barat daya Madagaskar dan akhirnya terdampar.
Laguna Loza bukan lingkungan alami bagi paus bergigi yang biasanya hidup di samudera terbuka.
Tim ilmuwan menemukan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan mamalia itu terdampar secara massal antara lain penyakit, racun, kapal besar, badai, dan bebunyian.
Mereka menemukan untuk pertama kalinya mamalia terdampar massal karena adanya frekuensi tinggi dari sonar di laut.
Menurut temuan para peneliti, pada 29 Mei 2008 atau sehari sebelum peristiwa terdampar pertama, terdapat kapal besar yang menggunakan sistem multi-beam echosounder berkekuatan tinggi, 12kHz sekitar 65 kilometer di lepas pantai.
Multi-beam sonar menghasilkan gelombang udara berbentuk seperti kipas di bawah badan kapal untuk membuat peta dasar laut.
Sonar 12kHz yang dipancarkan kapal besar itu merupakan berada dalam sensivitas pendengaran paus melon-headed.
Tetapi, suara-suara yang berada tingkat 120 desibel ini berada jauh di atas ambang batas pendengaran paus itu.
Para peneliti menyimpulkan sonnar mapping itu merupakan penyebabnya.
"Sistem sonar ini banyak digunakan kapal militer dan kapal riset untuk menghasilkan bathymetry (pemetaan bawah laut)," kata Howard Rosenbaum, direktur program Ocean Giant untuk Wildlife Conservation Society, melalui rilis yang dikutip oleh LiveScience.
"Kami harap hasil riset ini digunakan oleh industri, pengambil kebijakan,dan yang lainnya untuk mengurangi risiko dan untuk melindungi kehidupan laut, terutama spesies mamalia yang sensitif terhadap suara buatan manusia," tambah Rosenbaum.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013