jumlah petani juga hampir berkurang sepertiganya dalam satu dekade terakhirJakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memandang fenomena degradasi lahan pertanian ditambah minat orang-orang untuk menjadi petani kian menurun membuat ancaman krisis pangan kian nyata di masa depan.
Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN Lilis Mulyani mengatakan senjakala desa pertanian yang sekarang terjadi menjadi topik sangat penting dan relevan dalam pembangunan Indonesia.
"Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan. Padahal, bangsa kita sangat tergantung pada produksi pertanian," ujarnya dalam forum diskusi budaya yang dipantau di Jakarta, Senin.
Menurutnya, kini petani di desa-desa mengalami berbagai tekanan yang membuat mereka dan generasi berikutnya menjadi berpikir ulang untuk tetap meneruskan penghidupan sebagai petani.
Baca juga: Jumlah petani berkurang 500.000 per tahun
Baca juga: Sektor pangan masih menjadi fokus utama penelitian BRIN
Sementara Akademisi Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional (STPN) Dwi Wulan Pujiriyani mengungkapkan Indonesia telah mengalami proses pergeseran struktur sosial dari masyarakat agraris menjadi masyarakat non agraris atau disebut deagrarianisasi.
Menurut dia, fenomena deagrarianisasi menempatkan pertanian bukan sebagai sektor primer, tetapi telah tumbuh menjadi sektor tersier dan aktivitas non pertanian menjadi semakin penting di pedesaan.
Baca juga: Ketua DPR pesan Mentan Amran maksimalkan kedaulatan pangan
Baca juga: Mentan sebut padi organik bisa jadi alternatif atasi krisis pangan
Baca juga: Kepala BMKG dorong kolaborasi negara ASEAN antisipasi krisis pangan
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024