Lagos (ANTARA News) - Dua orang Norwegia dan dua orang Ukraina diculik dengan todongan senjata dari sebuah kapal pelayanan minyak di lepas pantai Nigeria, Rabu, insiden terakhir dari serangkaian penculikan di negara penghasil minyak utama Afrika itu, kata pihak berwenang.
Penculikan itu bertepatan waktunya dengan meningkatnya serangan militan terhadap industri minyak yang telah menurunkan seperempat produksi minyak di negara pengeskpor terbesar kedelapan dunia itu.
"Empat orang asing diculik -- dua orang Norwegia dan dua orang Ukraina," kata Hafiz Ringim, komisaris polisi untuk Negara Bagian Bayelsa, tempat serangan itu terjadi.
"Mereka bekerja di kapal mereka sekitar pukul 04.00 atau 05.00 ketika sejumlah orang bersenjata yang diyakini sebagai anggota-anggota masyarakat yang marah menyerang mereka dan membawa mereka. Saat ini, kami tidak bisa mengadakan kontak dengan para sandera, namun kami berusaha melakukan hal itu," katanya dikutip Reuters.
Keempat orang itu bekerja di sebuah kapal milik Trico Supply, sebuah unit Norwegia dari perusahaan Trico Marine Services Inc. Kapal itu memberikan pelayanan kepada anjungan-anjungan pengeboran lepas pantai milik perusahaan Norwegian Fred Olsen Energy.
Delapan pekerja asing diculik dari anjungan yang sama selama dua hari pada Juni sebagai buntut dari perselisihan dengan masyarakat yang berdekatan menyangkut pekerjaan dan investasi.
Penculikan pekerja asing sering terjadi di kawasan Delta Niger, yang merupakan tempat seluruh sumber daya minyak dan gas Nigeria.
Seorang Jerman dan tiga orang Filipina diculik di sebuah daerah lain delta tersebut pekan lalu dan masih ditahan.
Duta Besar Norwegia untuk Nigeria mengatakan kepada Reuters, para pejabat memiliki indikasi mengenai siapa yang mendalangi penculikan itu dan berharap melakukan kontak dengan mereka segera.
"Kami berharap ini akan diatasi segera," kata Dubes Tore Nedreboe. "Ada harapan untuk melakukan kontak dengan penculik segera dan melakukan negosiasi dengan mereka."
Militansi didorong oleh kekecewaan kalangan luas mengenai ketidakadilan di kawasan berawa itu dimana sebagian besar penduduk hidup dalam kemiskinan meski kekayaan diambil dari tanah leluhur mereka.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006