Sekitar 100 orang berhaluan keras muncul di bandara Mehrabad di Teheran pada Sabtu ketika Rouhani tiba di Iran, untuk menunjukkan amarah mereka atas pembicaraan telefon itu, dengan meneriakkan "Kematian bagi Amerika", lapor Reuters.
Ratusan pendukung Rouhani juga menyambut kedatangan presiden Iran tersebut.
Perpecahan itu menunjukkan tantangan yang dihadapi Rouhani dalam menghadapi kelompok garis keras anti-Barat, termasuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang dianggap sebagai salah satu kekuatan paling berpengaruh dalam struktur kekuasaan di Iran.
"Dalam lawatannya, Presiden Repubik Islam mengambil sikap yang kuat dan tepat, khususnya dalam pidatonya pada sidang Majelis Umum PBB," kata Mohammad Ali Jafari, pemimpin IRGC, kepada Kantor Berita Tasnim.
"Lebih baik jadwal waktu tidak diberikan bagi pertemuan tatap muka dengan Obama dan ia (Rouhani) seharusnya menolak pembicaraan telepon sampai setelah pemerintah Amerika menunjukkan kesungguhannya (pada Iran)," katanya.
Meski jabat tangan yang diharapkan antara Rouhani dan Obama di markas PBB tidak terwujud, mereka melakukan pembicaraan telepon selama 15 menit pada Jumat, yang mengakhiri pekan penting kegiatan diplomatik presiden Iran tersebut.
Sejauh ini tokoh-tokoh berpengaruh Iran menyambut baik usul Rouhani bagi "interaksi konstruktif" di PBB, setelah dukungan yang diberikan oleh orang paling berpengaruh di Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada bulan ini.
Publik juga mendukung upayanya membangun jembatan dengan dunia dan membebaskan Iran dari sanksi-sanksi yang merugikan perekonomian negara itu.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013