Jakarta (ANTARA News) - "PKI itu bahaya laten. Tidak akan pernah berhenti sampai tujuan tercapai," kata seorang sejarawan.
Pada tanggal 1 Oktober 1965, Partai Komunis Indonesia atau PKI berusaha melancarkan pemberontakan untuk kesekian kalinya dan akibat peristiwa biadab yang dilancarkan orang-orang komunis dan pengikutnya, maka Bangsa Indonesia harus kehilangan sejumlah perwira tinggi, perwira menengah dan perwira pertamanya yang merupakan putra-putra terbaik di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Selain itu, gugur pula seorang putri Jenderal Abdul Haris Nasution yang bernama Ade Irma suryani Nasution.
Para perwira itu adalah Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani, Letjen Anumerta S Parman,Letjen Anumerta Suprapto, Letjen Anumerta M.T Haryono, Mayjen TNI Anumerta Donald Isac Pandjaitan, Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen Anumerta Katamso Dharmokusumo, Kolonel Anumerta Sugiyono Mangunwiyoto, dan Kapten Pierre Andreas Tendean.
Tentu bisa dibayangkan betapa pilunya keluarga-keluarga yang ditinggalkan akibat pemberontakan yang dilancarkan PKI yang para pelakunya antara lain segelintir perwira seperti Letnan Kolonel Untung. Karena itu, setiap tanggal 1 Oktober, bangsa ini mengenang pemberontakan yang memilukan hati itu.
Sejarawan Universitas Indonesia Abdurakhman mengingatkan bangsa ini bahwa sekalipun sekarang masih banyak orang yang meragukan peristiwa itu didalangi orang-orang komunis, sebagai sejarawan ia tetap yakin bahwa PKI-lah yang mensponsori peristiwa itu.
"Itu keterlibatan PKI jelas. Memang ada yang melihat peristiwa itu dari sisi lain tapi saya melihatnya sepetti akademisi lainnya. Itu jelas PKI," kata Abdurakhman dengan nada tegas.
Karena itu, sejak tahun 1965 hingga saat ini, Presiden Soeharto, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri,dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih tetap memimpin upacara di Lubang Buaya, Jakarta untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila agar kejadian itu tidak terulang kembali.
Sekalipun Presiden Soekarno akhirnya harus kehilangan jabatannya akibat pemberontakan itu karena diduga mempunyai hubungan dekat dengan pimpinan PKI, maka putrinya Megawati Soekarnoputri yang merupakan Presiden Republik Indonesia yang kelima juga memimpin upacara mengenang peristiwa menyedihkan yang didalangi PKI ini.
"Kalau Pancasila itu kan benda mati. Yang perlu itu nilai-nilai Pancasila yang tertanam di diri Bangsa Indonesia. Kalau nggak tertanam, maka percuma," kata Abdulrakhman ketika mengingatkan bangsa ini.
Bangsa Indonesia pada tanggal 1 Oktober memang masih terus memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang antara lain ditandai dengan gugurnya beberapa perwira ABRI serta Ade Irma Suryani Nasution.
Namun sebuah pertanyaan yang patut dipertanyakan dan direnungkan masyarakat adalah apakah rakyat Indonesia sudah dan akan terus berusaha keras agar PKI tetap tidak muncul lagi sekalipun telah dibubarkan, karena biasanya setelah upacara itu berakhir maka tak terdengar upaya konkret atau nyata untuk menghindarkan munculnya kembali orang-orang komunis di Tanah Air tercinta ini.
Saling curiga
Setelah para perwira tinggi Angkatan Darat itu diculik, maka mereka dibawa ke Lubang Buaya dan di sana mereka dibunuh dengan cara-cara yang amat keji di kawasan yang berada dibawah Angkatan Udara Republik Indonesia atau AURI. Akibatnya timbul kecurigaan, bahwa AURI secara kelembagaan terlibat sehingga kemudian timbul kecurigaan antarangkatan. Namun akhirnya sikap saling curiga itu bisa dihapuskan karena yang melakukannya hanyalah segelintir anggota AURI.
Setelah pemberontakan digulung atau ditumpas, maka kemudian muncul upaya-upaya agar semua prajurit ABRI bisa bersatu kembali tanpa adanya sikap saling curiga terutama di kalangan para pimpinan semua angkatan. Walaupun usaha itu sama sekali tidak gampang, akhirnya terwujud juga kekompakan atau soliditas diantara semua angkatan hingga kini.
Sementara itu, seiring dengan waktu yang terus berjalan, keluarga-keluarga para Pahlawan Revolusi akhirnya pernah bertemu dengan anak-anak para pimpinan Partai Komunis Indonesia yang sudah dibubarkan itu.
Namun pertanyaan yang tetap harus dijawab oleh bangsa ini adalah bagaimana caranya agar komunis tidak muncul lagi di Tanah Air karena biar bagaimanapun juga di dunia ini masih ada negara-negara dimana justru partai komunis menjadi pemimpin di sana dan Republik Indonesia mempunyai hubungan yang baik dengan negara-negara ini.
"Di balik peristiwa pemberontakan G-30 S/PKI itu ada pembelajaran apa sih. Pada peristiwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila itu, apa yang ada di balik itu," kata Abdurakhman.
Ketika sebuah pesawat Rusia jenis Sukhoi Super Jet jatuh di Bogor beberapa waktu lalu sehingga sejumlah teknisi dari negara komunis itu datang ke Tanah Air, maka mereka mendapat pengawalan ketat dari Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
Pertanyaan yang muncul di banyak orang adalah apakah pengawalan ketat itu dilakukan hanya karena medan tempat jatuhnya pesawat itu yang sangat berat ataukah karena Rusia masih menganut ideologi yang sangat berbeda jauh dengan bangsa ini sehingga pantas atau patut dicurigai ?
Sementara itu, walaupun Indonesia sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan Republik Rakyat China atau RRC, pertanyaan yang mendasar adalah apakah ideologi RRC yang berbeda jauh dengan Indonesia masih bisa menjadi " ganjalan" bagi peningkatan hubungan yang lebih baik lagi antara Indonesia dengan China?
Sekalipun pemberontakan G-30-S/PKI telah terjadi 48 tahun yang lalu , maka masih ada sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab oleh bangsa ini antara lain apakah Bangsa Indonesia sudah dan akan menempuh berbagai langkah supaya tidak ada lagi bangsa Indonesia yang menjadi penganut ajaran komunis.
Atau sedikitnya mempunyai simpati terhadap komunis yang tidak mengakui sama sekali adanya Tuhan Yang Maha Kuasa sementara itu Bangsa Indonesia justru menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila pertama pada Pancasila?
Bangsa Indonesia sampai sekarang memang masih mempunyai atau menghadapi 1001 masalah mulai dari masih adanya kesenjangan ekonomi antara si kaya dengan si miskin, adanya kesenjangan tingkat pembangunan antardaerah, gesekan atau benturan diantara ummat beragama atau iantara intern satu agama tertentu, maka ada satu pertanyaan yang perlu dijawab.
Pertanyaan itu adalah langkah-langkah apa yang harus ditempuh bangsa ini agar ajaran komunis tidak muncul lagi, karena jika ada lagi antek-antek komunis yang bergentayangan di sini maka bisa muncul persoalan pelik yang membahayakan Bangsa Indonesia padahal rakyat harus terus membangun supaya kehidupan ekonomi, sosial budayanya makin baik dan bukannya justru anjlog atau merosot.
Oleh Arnaz Firman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013