Kalau sudah terjadi panen raya, dapat dipastikan harga beras turun

Jakarta (ANTARA) - Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) memprediksi kenaikan harga beras yang terjadi saat ini di pasaran, akan terus terjadi hingga Maret 2024 karena petani belum memasuki musim panen raya.

Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid ketika ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat, menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak pasti mengakibatkan musim panen saat ini menjadi tidak jelas.

Menurut dia, situasi panen belum memasuki tahapan dalam skala besar sehingga harga beras belum dapat dipastikan kembali ke harga normal.

Harga beras medium stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dijual dengan harga Rp10.900/kilogram sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Namun, kata dia, ada pedagang yang menjualnya sekitar Rp11.000/kg hingga Rp11.500/kg.

Baca juga: DKI buka program Bulog SIAGA untuk jaga ketersediaan pangan

"Kalau sudah terjadi panen raya, dapat dipastikan harga beras turun. Tapi kalau setidaknya terjadi gagal panen, kami belum tahu seperti apa ke depannya," kata Zulkifli.

Dia memastikan harga beras akan kembali normal, sesudah panen raya yang diperkirakan terjadi pada pertengahan atau akhir Maret 2024.

Zulkifli menjelaskan, ketidakpastian cuaca yang disebabkan El-Nino mengakibatkan kondisi panen padi menjadi tidak menentu.

"Sebenarnya kita sudah panen, tetapi ada kegagalan panen istilahnya. Terlebih cuaca tidak jelas, ada El-Nino ditambah lagi, di daerah panen padinya belum menentu," ucapnya.
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid saat memberikan keterangan pers terkait kenaikan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (23/2/2024). Harga beras diperkirakan akan terus terjadi hingga Maret 2024. ANTARA/Syaiful Hakim

Salah satu pedagang beras di Pasar Cijantung, Jakarta Timur, Rini (43) menjelaskan, harga beras saat ini dijual dengan harga Rp12.500/kilogram, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp9.000/kg.

Baca juga: Legislator nilai pasar murah solusi atasi penimbun beras di Jakarta

"Harga Rp12.500/kg itu untuk beras yang kelas terendah, kualitasnya agak pera," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengajak masyarakat beralih ke pembelian beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) guna mengatasi mahalnya harga beras premium saat ini.

"Jadi, saya berharap masyarakat beralih ke beras SPHP, kan kalau beras premium barangnya lagi naik dan barangnya juga tidak sesuai dengan yang ditentukan,” kata Zulkifli di sela peninjauan harga beras di Transmart Cempaka Putih di Jakarta, Senin (19/2).

Dia menyebut bahwa dari hasil peninjauan yang dilakukan pihaknya, harga beras premium cukup tinggi dan bervariasi mulai Rp72.000, Rp75.000, bahkan ada yang menjual Rp80.000 per lima kilogram. Harga tersebut tidak sesuai dengan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp69.500 per kilogram.

Zulkifli menjelaskan, bahwa peningkatan harga beras premium tidak hanya disebabkan oleh faktor ketersediaan, tetapi juga oleh penundaan panen akibat fenomena El Nino.

Baca juga: Aprindo apresiasi kebijakan DKI distribusikan beras ke retail modern

Hal tersebut berdampak pada ketersediaan beras di pasaran, mengakibatkan tingginya harga jual.

“Memang suplainya beras premium itu tidak sebanyak dulu karena kita belum panen, panennya mundur, karena fenomena El Nino, suplainya kurang harganya naik,” ucap Zulkifli.

Menurut Zulkifli program beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Perum Bulog sebagai solusi alternatif dalam menanggulangi kenaikan harga beras premium yang tinggi di sejumlah ritel modern maupun di pasar tradisional.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024