Motif ini menjadi perwujudan dari Kabupaten Kubu Raya yang merupakan wilayah dengan bakau terbesar dan terlengkap

Kubu Raya (ANTARA) - Pemkab Kubu Raya menghadirkan kain motif Kandelia candel yang menjadi motif baru dan terbatas, dalam kegiatan pameran Saprahan Khatulistiwa yang berlangsung di Pontianak, Kalimantan Barat.

"Di pameran ini kami juga menghadirkan motif baru dan masih terbatas yakni motif bakau Kandelia candel," ujar Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kubu Raya Vita, di Pontianak, Jumat.

Motif Kandelia candel ini merupakan perwujudan dari wilayah Kabupaten Kubu Raya yang memiliki bakau atau mangrove terluas dibanding kabupaten lain di Kalbar, yakni 129.604,125 hektare dari total luas hutan bakau di Kalbar 177.023,738 hektare.

Selain itu hutan bakau di Kabupaten Kubu Raya juga memiliki keanekaragaman, sebanyak 33 jenis bakau sejati dari 40 jenis bakau sejati yang ada di Indonesia dan satu di antara bakau langka ialah Kandelia candel atau Lenggadai Betina ada di Kubu Raya.

Baca juga: Rudi Hartono ubah mangrove Sungai Kupah jadi tujuan wisata

"Motif ini menjadi perwujudan dari Kabupaten Kubu Raya yang merupakan wilayah dengan bakau terbesar dan terlengkap," ujarnya kepada ANTARA.

Bakau jenis Kandelia candel, merupakan bakau yang berbunga putih saat mekar, dengan tingginya bisa menyentuh 10 meter. Bakau ini berasal dari famili rhizophoraceae merupakan spesies asli pantai-pantai Asia Selatan, yang menyebar ke India lalu ke Kalimantan.

Selain Kandelia candel, dalam pameran tersebut juga menghadirkan kain motif lain seperti Gelombang Muare, Harmoni Serampai, Keladi Air, Kelambu Raje. Beberapa baju dari jenis kain tersebut pun tampak terpajang.

Ia juga menjelaskan dalam pameran tersebut kain jenis katun dengan motif khas Kubu Raya dijual seharga Rp150.000, jenis tenun Rp350.000, dan baju satu setel dibandrol dengan harga Rp1,5 juta.

Baca juga: Hutan bakau Kubu Raya diklaim terbaik di dunia
Baca juga: LKBN ANTARA Sumbar bantu selamatkan lingkungan dengan tanam mangrove

Pewarta: Rizki Fadriani
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024