Seoul (ANTARA) - Beban kerja para dokter dan perawat di rumah saki umum besar di Seoul meroket karena ribuan dokter magang berhenti bekerja selama empat hari berturut-turut pada Jumat sebagai protes atas rencana pemerintah meningkatkan kuota sekolah kedokteran.

Sejauh ini, hampir 79 persen atau 8.897 dokter dan dokter magang menyerahkan pengunduran diri mereka sebagai protes terhadap rencana pemerintah menambah 2.000 siswa lagi ke sekolah kedokteran tahun depan --untuk mengatasi kekurangan cadangan dokter.

Dari jumlah tersebut, 7.863 orang belum masuk kerja hingga Kamis (22/2) malam, meskipun pemerintah telah memerintahkan mereka untuk kembali bekerja serta memberi mereka peringatan keras mengenai hukuman, termasuk pencabutan izin kerja.

Akibat pengunduran diri massal itu, rumah-rumah sakit umum di Seoul kesulitan mempertahankan layanannya.

Mereka mengurangi kapasitas operasi menjadi 50 persen dan berusaha mengisi kekosongan tersebut dengan meminta bantuan dokter dalam program beasiswa dan profesor, serta perawat.

Namun, meningkatnya kelelahan dan keluhan atas beban kerja yang berat di antara para pekerja medis yang tersisa menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh mereka dapat bertahan atas ketidakhadiran para dokter yang sedang dilatih.

Dokter yang sedang berada dalam pelatihan itu dianggap sebagai tenaga kerja inti di rumah sakit umum.

“Jumlah pasien telah menurun, namun beban kerja saya meningkat dua kali lipat,” kata seorang perawat di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul (SNUH) di pusat kota Seoul kepada kantor berita Yonhap.

Dia mengatakan banyak pasien yang keluar dari rumah sakit atau dipindahkan ke rumah sakit lain karena pemogokan dokter magang.

Namun, ujarnya, meningkatnya tuntutan dari pasien yang cemas dan para penjaga mereka telah menyebabkan beban kerja yang jauh lebih berat.

“Para profesor sekarang menangani tiga hingga empat bangsal per orang, dan beban kerja tampaknya lebih berat bagi mereka,” kata perawat itu.

Seorang dokter radiologi di SNUH mengatakan bahwa dia dapat menanggung beban kerjanya yang meningkat karena dia mendukung aksi bersama para dokter magang tersebut

“Beban pekerjaan saya bertambah, namun saya bertahan karena saya mendukung tujuan mereka. Saya bersedia melakukan yang terbaik untuk bertahan,” kata dokter itu. Ia menambahkan bahwa beban kerja bagi ahli bedah mungkin meningkat dua kali lipat.

“Saya tidak yakin apakah kita dapat bertahan dalam kondisi ini, namun semua orang bertekad dan bersiap menghadapi kemungkinan bahwa situasi ini dapat berlanjut selama lebih dari sebulan,” kata dokter tersebut.

Di Samsung Medical Center di Seoul selatan, seorang dokter spesialis mata menyatakan simpatinya terhadap pasien yang mengalami ketidaknyamanan akibat pemogokan tersebut. Namun, ia dengan tegas menyatakan keberatannya terhadap rencana pemerintah.

“Saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan Anda karena saya bahkan tidak punya waktu untuk mengedipkan mata,” kata dokter itu.

Seorang dokter lainnya di rumah sakit tersebut juga mengeluh lelah luar biasa karena beban kerjanya yang meningkat.

Dokter tersebut menambahkan, "Pada saat yang sama, saya merasa tertekan ketika melihat berita media yang menggambarkan pasien dalam kesulitan."


Sumber: Yonhap-OANA

Baca juga: Kuota mahasiswa kedokteran ditambah, dokter Korsel ancam akan mundur
​​​​​​​
Baca juga: Militer Korsel akan sediakan UGD jika dokter mogok massal
​​​​​​​

Atasi kekurangan dokter melalui pemetaan di rumah sakit

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024