Madinah (ANTARA News) - Sebanyak dua perusahaan katering haji, Andalusia dan Betawi, menyediakan juru masak Indonesia dan bumbu yang didatangkan langsung dari Tanah Air sehingga cita rasa masakan untuk jamaah haji tidak berbeda dengan masakan di dalam negeri.
Kepala juru masak Andalusia di Harraf Syariah, Madinah, Asep Ridwan menerangkan di Madinah, Sabtu bahwa semua masakan yang diolah di dapur katering Andalus itu diolah oleh 12 juru masak asal Indonesia sementara bumbu mulai bawang, jahe, cabe, kunyit dan kecap, didatangkan dari Tanah Air.
"Saya menjamin makanan yang dimasak sesuai dengan selera lidah jemaah haji asal Indonesia," kata Asep yang semula bekerja sebagai juru masak di rumah makan Rindu Alam di Puncak, Bogor.
Demikian juga diungkap Agusman Wewang, pria asal Makassar, Sulawesi Selatan yang mengelola Katering Betawi. Ia menjelaskan ada dua juru masak yang bertanggung jawab mengolah bumbu agar sesuai cita rasa masakan Indonesia.
Agusman Wewang menjelaskan, bumbu masak didatangkan dari Indonesia sementara sayuran dan daging berasal dari sejumlah negara tetangga Arab Saudi.
"Udang dari Uni Emirat Arab, ayam dari Brazil, daging sapi dari India, dan ikan dari Vietnam," katanya.
Nani Ratnasih, petugas Seksi Katering Daerah Kerja Madinah yang mendampingi wartawan Indonesia mengunjungi dapur katering menjelaskan bahwa semua katering menggunakan juru masak Indonesia karena menu yang disajikan juga menu Indonesia.
"Saya melakukan pengecekan setiap hari untuk mencicipi masakan sebalum dibagikan ke jamaah haji. Kalau tidak pas bumbunya, saya minta diperbaiki," katanya.
Ia menjelaskan, Andalusia mendapatkan kontrak untuk 25.000 porsi sementara Betawi mendapat 20.000 porsi.
"Sejauh ini cita rasa dari kedua katering itu sudah pas dengan lidah orang Indonesia," katanya yang menambahkan ada 12 perusahaan yang melayani makan selama di Madinah.
Demikian juga dengan distribusi makanan, menurut Nani, selama ini tidak perna mengalami keterlambatan.
"Saya juga mengecek makanan yang diterima jamaah, jangan sampai porsi yang dicontohkan di dapur ternyata tidak sesuai dengan yang diterima jamah," katanya.
Berdasarkan pantauan wartawan, dapur yang digunakan kedua perusahaan itu cukup higienis, dan peralatan yang semuanya menggunakan bahan stainless serta pekerja yang dilindungi dengan masker dan sarung tangan.
Bahkan di Andalusia, pengemasan masakan menggunakan mesin dengan kapasitas kemas 6.000 porsi per jam, sementara di Betawi masih menggunakan sistem manual dengan tenaga kerja yang lebih banyak.
(B013/A011)
Pewarta: Budi Santoso
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013