Hal ini dalam rangka ikut serta berperan menyukseskan Net Zero Emission, yakni di antaranya pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioetanol, hidrogen, ammonia, carbon pipeline dan CCUSJakarta (ANTARA) - PT Pertamina Gas (Pertagas), bagian dari Subholding Gas Pertamina mulai mengembangkan potensi bisnis baru produk petrokimia dan energi bersih, setelah 17 tahun berkiprah di sektor midstream dan hilir migas.
Tidak hanya itu, Pertagas juga berkomitmen untuk ikut berperan dalam menyukseskan target Net Zero Emission (NZE), kata Sekretaris Perusahaan Pertagas Muhammad Baron di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan sebagai perusahaan infrastruktur dalam bidang transisi energi, Pertagas berencana mengembangkan potensi bisnis baru melalui pengembangan produk petrokimia dan bidang clean energy.
“Hal ini dalam rangka ikut serta berperan menyukseskan Net Zero Emission, yakni di antaranya pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioetanol, hidrogen, ammonia, carbon pipeline dan CCUS,” ujar Baron dalam peringatan HUT ke-17 Pertagas.
PT Pertamina Gas didirikan pada 23 Februari 2007 untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dan adanya peningkatan kebutuhan komoditas gas di Indonesia sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah pengusahaan gas.
Pertamina Gas secara berkelanjutan mengembangkan bisnisnya dengan pengembangan ruas pipa transmisi gas dan minyak bumi, dan proyek-proyek fasilitas energi lainnya di seluruh Indonesia demi menjamin kebutuhan pasokan energi domestik.
Baron mengungkapkan selain segmen bisnis transportasi gas dan minyak, niaga gas, pemrosesan dan regasifikasi gas, Pertagas juga akan mengembangkan bisnis lain, seperti pembangunan infrastruktur pipanisasi energi, pengembangan infrastruktur gasifikasi kelistrikan, pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioetanol.
Kemudian, pembangunan infrastruktur untuk gray/ green/blue hydrogen dan green/blue ammonia, hingga infrastruktur pendukung carbon capture utilization & storage (CCUS) gas yang memiliki peranan penting dalam transisi energi, mempertimbangkan jumlah emisi yang dihasilkan lebih rendah dibanding sumber energi lain, seperti minyak dan batu bara. Hal ini menjadi positif bagi Pertagas mengingat Indonesia masih memiliki cadangan gas yang cukup besar.
“Namun demikian, Pertagas juga telah memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan bisnis clean energy,” imbuhnya.
Pertagas telah menancapkan posisi sebagai perusahaan infrastruktur energi terdepan. Pertagas mencatatkan aset di sektor midstream hingga downstream, di antaranya adalah pipa transmisi gas, transmisi minyak, pemrosesan gas, regasifikasi LNG dan infrastruktur pendukung penyaluran energi lainnya di Indonesia.
Pertagas tercatat telah membangun dan mengelola pipa transmisi gas sepanjang lebih dari 2.809 km, pipa minyak 605 km, dua LPG Plant dengan kapasitas 1.130 ton per hari, terminal regasifikasi dengan kapasitas 400 BBtud dan LNG Hub dengan kapasitas 127.000 M3.
“Pertagas juga telah membangun Pipa Minyak Rokan dan telah mengalirkan minyak, serta telah melaksanakan commissioning Pipa Gas Senipah-Balikpapan,” kata Baron.
Kedua jaringan pipa tersebut menambah daftar infrastruktur energi yang dibangun dan dikelola Pertagas. Perseroan hingga saat ini telah membangun dan mengelola Pipa Gas Arun Belawan; Pipa Gas Duri- Dumai; Pipa Gas Grisik-Pusri; Pipa Gas Gresik-Semarang; Pipa Gas Muara Karang – Muara Tawar; Pipa Gas Porong-Grati; Pipa Minyak Tempino – Plaju; LPG Plant PSG; Fasilitas LNG Filling Station Arun; Fasilitas LNG Filling Station Bontang; Terminal Regasifikasi Arun, dan CNG Tambak Lorok.
Melalui tagline terbaru yaitu Delivering Reliable Energy, Pertagas berkomitmen untuk menyediakan infrastruktur energi serta menyalurkan energi secara handal melalui operational & HSSE excellence.
“Melalui penyediaan infrastruktur energi dan penyaluran energi yang handal tersebut diharapkan manfaatnya dapat dirasakan ke seluruh lini kehidupan yang sejalan dengan program kedaulatan energi nasional, serta mendukung tercapainya NZE 2060,” kata Baron.
Secara terpisah, Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan sejak Pertagas berdiri sampai dengan saat ini kinerjanya terpantau terus meningkat, termasuk ketika harus mengalami penyesuaian pascaimplementasi pembentukan subholding-subholding Pertamina.
“Performa Pertagas cukup baik, baik dari indikator operasional maupun finansialnya. Dengan adanya sumber pasokan dan pengguna energi migas yang tidak selalu sama, berpotensi meningkatkan peran Pertagas ke depan sebagai transporter dan distributornya,” kata Komaidi.
Porsi produksi migas milik Pertamina yang semakin meningkat juga akan berkorelasi positif dengan kinerja Pertagas. Artinya dengan menangani distribusi semua volume migas milik Pertamina saja sudah akan baik bagi kinerja operasional dan keuangan Pertagas.
Menurut Komaidi, peran Pertagas terhadap sektor minyak dan gas nasional sangat penting dan strategis. Peran Pertagas penting karena menjadi konektor antara produsen dan konsumen. Dimana dalam perkembangannya, permasalahan sektor migas utamanya gas adalah ketersediaan infrastruktur penunjangnya.
“Minyak dan gas yang didistribusikan oleh Pertagas memiliki peran penting dalam aktivitas perekonomian Indonesia. Migas berperan penting baik dalam penyediaan bahan baku maupun untuk energi. Sementara sektor-sektor ekonomi yang padat energi saat ini memiliki kontribusi besar terhadap PDB Indonesia,” kata dia.
Kedepan, kata Komaidi, implementasi kebijakan transisi energi berpotensi memberikan dampak positif bagi kinerja operasional dan keuangan Pertagas. Dalam kelompok fosil gas merupakan yang paling ramah lingkungan dan peluang pemanfaatannya diperluas akan semakin besar.
“Pertagas perlu pro aktif dan mengambil inisiatif untuk membangun dan memperluas infrastruktur migas. Rencana peningkatan pemanfaatan gas perlu disambut dengan menyiapkan infrastrukturnya,” kata dia.
Baca juga: Pertagas berkontribusi turunkan emisi karbon 11,02 persen
Baca juga: Pertagas Niaga sukses gelar uji coba jargas di Solo
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024