Perusahaan berbasis di Ontario, Kanada, yang sebelumnya memimpindalam teknologi ponsel akhirnya disalip oleh saingannya Android dan Apple,sehingga kehilangan pangsa pasar. Tren ini terus berlangsung berdasarkanlaporan laba terbaru.
“Kami sangat kecewa dengan dengan hasil operasional padatriwulan ini dan mengumumkan serangkaian perubahan besar untuk mengatasikompetisi perangkat keras dan struktur biaya kami,” kata CEO Blackberry,Thorsten Heins, seperti dikutip dari AFP.
Dia menambahkan perusahaan tersebut sebenarnya telah melakukanperubahan yang diperlukan untuk menciptakan model bisnis terbaik.
“Kami paham bagaimana kami melewati masa yang tidak pasti,tapi keuangan perusahaan tetap kuat dengan 2,6 miliar dolar AS pada kas dantidak ada utang. Kami fokus pada target pasar dan berkomitmen untukmenyelesaikan masa transisi kami dengan cepat untuk bisa membangun perusahaandengan lebih fokus dan efisien,” kata Heins.
Blackberry pada minggu ini mengumumkan penandatanganan notapernyataan minat (LOI) dengan grup Fairfax Financial Holdings Limited yangberencana mengambil alih perusahaan.
Fairfax, sebuah perusahaan Kanada yang dipimpin miliarderPrem Watsa, sebelumnya merupakan pemegang saham terbesar Blackberry denganpenguasaan sekitar 10 persen.
Watsa kemudian mengundurkan diri dari dewan direktur Blackberry pada Agustus ketika pihak Blackberry mengumumkan pencarianpembeli perusahaan.
Berdasarkan kesepakatan Blackberry-Fairfax,konsorsium akan menawarkan sembilan dolar AS per lembar saham, sementaraFairfax akan memberikan kontribusi saham sendiri dalam transaksi.
Pihak Blackberry menyatakan dewan direktur menyetujui rencana tersebut. Setelah uji kelayakan selesai, diharapkan kesepakatanpenjualan bisa dilakukan pada 4 November. Namun demikian, hal tersebut jugatergantung konsorsium memperoleh pembiayaan.
Penerjemah: Anita Permata Dewi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013