Pembajakan masalah besar untuk konten olahraga dan penyiaran yang sangat sulit diidentifikasi dan saat ini terus dicari solusinya

Badung, Bali (ANTARA) - Industri olahraga dan penyiaran global fokus membahas pemberantasan pembajakan konten yang salah satunya marak beredar di media sosial pada pertemuan bertajuk Sportel 2024 yang diadakan di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali.

“Pembajakan masalah besar untuk konten olahraga dan penyiaran yang sangat sulit diidentifikasi dan saat ini terus dicari solusinya,” kata CEO Sportel Laurent Puons di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.

Meski tidak secara spesifik menyebutkan nilai kerugian, namun ia memperkirakan kerugian akibat pembajakan konten siaran olahraga dapat mencapai miliaran dolar AS.

Pasalnya, lanjut dia, industri olahraga khususnya produksi konten olahraga dan industri penyiaran menginvestasikan dana yang besar untuk menghadirkan sajian olahraga yang baik kepada publik.

Ada pun diskusi terkait upaya memberantas pembajakan konten olahraga menjadi salah satu tema pada pertemuan pada 21-25 Februari itu, selain pameran yang dihadiri sekitar 400 peserta dari 28 negara.

Beberapa nama yang sudah dikenal juga hadir dalam pertemuan itu di antaranya AVIA, BEIN Sports, FIFA, Fight Nation, FOX, NBA, Premier League, Serie A, dan Warner Bros Discovery.

Selain dihadiri para pelaku industri olahraga internasional, pertemuan itu juga dihadiri perwakilan dari industri penyiaran dan olahraga di Indonesia antara lain Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI), Bali United, Group EMTEK, Group MNC, Group Transmedia dan TVRI.

Berdasarkan data organisasi Coalition Against Piracy (CAP) dalam diskusi pertemuan itu yang bertema penanganan pembajakan konten olahraga di Indonesia dan Asia, rata-rata pembajakan di Indonesia mencapai 54 persen pada 2023 atau naik dua persen dibandingkan 2022 mencapai 52 persen.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain di Asia Pasifik (APAC) misalnya Malaysia mencapai 60 persen, Filipina dan Vietnam sama-sama sebesar 58 persen.

Sedangkan Hong Kong dan Taiwan mencapai 47 persen, dan Singapura mencapai 39 persen.

Apabila dirinci, bentuk pembajakan itu paling banyak melalui media sosial, termasuk di Indonesia mencapai 37 persen.

Lebih lanjut kanal media sosial di Indonesia yang publik dapat mengakses pembajakan yakni melalui telegram mencapai 63 persen, kemudian facebook (54 persen), Instagram 42 persen, WhatsApp 60 persen dan Tiktok 39 persen.

Sedangkan negara lainnya juga menunjukkan angka yang tak kalah besar di antaranya paling tinggi melalui facebook di atas 80 persen di Filipina, Taiwan, Thailand dan Vietnam, serta media sosial lainnya dengan persentase yang bervariasi.

Akibat adanya pembajakan konten siaran olahraga, publik membatalkan untuk berlangganan penyedia konten olahraga resmi yang mencapai 45 persen pada 2023 atau naik dibandingkan 2022 mencapai 41 persen.

Sejumlah dampak negatif pembajakan di Indonesia di antaranya paling banyak memberi dampak terhadap pasar penyiaran dan industri kreatif, pengemplangan pajak, potensi meningkatnya risiko infeksi virus dalam peralatan komputer hingga potensi kehilangan lapangan pekerjaan.

CAP lebih lanjut mendata jumlah publik membuka/melihat konten olahraga hasil pembajakan (page view) per bulan di Indonesia rata-rata mencapai 101 juta.

Angka itu lebih rendah dibandingkan data di Filipina mencapai sekitar 418 juta, Vietnam 360 juta, Australia 309 juta, sedangkan di Singapura mencapai 92 juta, Malaysia 54 juta dan Hong Kong 64 juta page views.

Baca juga: Pembajakan online di medsos rugikan hak cipta konten kreator

Baca juga: Riri Riza: Aplikasi layanan konten kurangi pembajakan film

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024