Terasa menyengat di hidung, itu pertanda udara kembali tercemar kabut asap."

Pekanbaru (ANTARA News) - Kabut asap dampak dari peristiwa kebakaran hutan atau lahan di Provinsi Riau kembali menyebabkan ruang udara Kota Pekanbaru tercemar.

"Terasa menyengat di hidung, itu pertanda udara kembali tercemar kabut asap," kata Hendra (28), warga Jalan Keliling Kota Pekanbaru, Kamis malam.

Pantauan Antara, kabut asap yang mencemari ruang udara sejumlah kawasan Kota Pekanbaru masih belum begitu tebal namun sudah membuat mata pedih.

Kondisi tersebut mulai dikeluhkan banyak warga di ibu kota Provinsi Riau itu.

Kabut asap dampak dari peristiwa kebakaran lahan atau hutan dikabarkan juga mencemari Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, sejak Kamis siang.

Meski belum mengganggu aktivitas masyarakat, kabut asap yang tebarannya cenderung bertambah pekat pada malam hari membuat suhu udara di Pelalawan semakin panas.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabuapten Pelalawan Ir H Mulyono mengatakan terdapat satu titik kebakaran lahan daerahnya, yakni di Desa Silukan Hulu, Kecamatan Pangkalan Kuras.

Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dikabarkan mendeteksi sebanyak delapan titik panas (hotspot) di daratan Provinsi Riau.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis siang, delapan titik panas tersebut berada di lima kabupaten meliputi Pelalawan dan Kuantan Singingi masing-masing dua titik panas.

Kemudian di Indragiri Hulu juga terdeteksi dua titik, serta Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar masing-masing terdapat satu "hotspot".

Sementara menurut pantauan satelit Terra dan Aqua yang dirilis oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, dalam dua hari terakhir di Riau terdeteksi sebanyak 21 titik panas.

Sebanyak 17 titik di antaranya terdeteksi pada Rabu (25/9), sementara empat lainnya terekam pada Kamis siang. (FZR/T007)

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013