MRI menawarkan kerja sama riset dalam bentuk simulatorJakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melirik perangkat lunak simulasi pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN dari Ontario Tech University Jepang untuk mempersiapkan setrum nuklir dalam proses transisi energi di Indonesia.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Rohadi Awaludin, mengatakan kebijakan teknologi nuklir merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan guna mendukung target pencapaian emisi nol bersih dari sektor energi.
"Hal ini untuk menentukan kebijakan terkait teknologi nuklir apabila nuklir menjadi salah satu sumber energi yang diproyeksikan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Pada 19 Februari 2024, Ontario Tech University Jepang dan Mitsubishi Research Institute (MRI) mengunjungi Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ. Habibie Serpong di Tangerang, Banten.
Kedua lembaga itu tertarik untuk melakukan kolaborasi riset dengan BRIN mengenai kebijakan nuklir di Indonesia, di mana energi nuklir akan ikut andil dalam bauran sumber energi menuju Indonesia Net-Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Baca juga: PLN gandeng KHNP Korsel jajaki kelaikan energi nuklir di Indonesia
Baca juga: BAPETEN: Indonesia punya bahan baku nuklir cukup untuk dijadikan PLTN
Perwakilan dari Ontario Tech University Jepang, Hossam Gaber, mengatakan data karakteristik pembangkit yang sesuai sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah PLTN.
"Karakteristik pembangkit yang masuk akal dibutuhkan ketika kita sedang mempertimbangkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir untuk pertama kali dan bagaimana imbasnya terhadap pembangkit yang lain,” kata Hossam.
Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif BRIN, Syaiful Bakhri, menyambut baik kerja sama riset dalam bentuk simulator itu guna mempersiapkan keterlibatan energi nuklir Indonesia dalam transisi energi menuju emisi nol bersih.
“MRI menawarkan kerja sama riset dalam bentuk simulator sebagaimana PLTN berikut supply fuel dan operasinya benar- benar sesuai dengan demand,” kata Syaiful.
Lebih lanjut dia menjelaskan perangkat lunak itu bisa menjadi pembanding perangkat lunak simulasi dari International Atomic Energy Agency (IAEA) yang sejauh ini sudah dipakai oleh periset di Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN.
Baca juga: Megawati dorong BRIN kembangkan reaktor nuklir di Indonesia
Baca juga: Energi nuklir jadi opsi untuk capai target netralitas karbon
Baca juga: Aspebindo dorong pemerintah fasilitasi investasi PLTN di Indonesia
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024