Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih baik dari proyeksi semula di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya, yaitu dari 3 persen di 2023 dan 2,8 persen di 2024 menjadi masing-masing 3,1 persen dan 3 persen.
“Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih baik dari proyeksi semula di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi,” ujar Perry Warjiyo pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, perbaikan tersebut didukung oleh menguatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat yang memegang share 16 persen dari perekonomian dunia serta India yang semakin berkembang menjadi pemain global di sektor ekonomi.
Namun, ia menuturkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi dunia tersebut mungkin dapat turun kembali akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih lemah serta kontraksi pertumbuhan ekonomi Inggris dan Jepang yang terjadi dalam dua triwulan belakangan.
Baca juga: BI: Kredit perbankan pada Januari 2024 tumbuh 11,83 persen
Baca juga: Bank Indonesia tahan BI-Rate tetap 6 persen
Sementara itu, konflik geopolitik yang masih berlanjut hingga kini dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan harga pangan dan energi, serta menghalangi penurunan laju inflasi global.
“Perkembangan ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi,” katanya.
Selain itu, suku bunga The Fed yang diperkirakan baru turun pada semester kedua tahun ini karena inflasi Amerika Serikat yang masih tinggi, sedangkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat kembali meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang.
Perry menyatakan bahwa kedua hal tersebut menyebabkan penguatan dolar AS secara global sehingga menahan aliran masuk modal asing dan meningkatkan tekanan pelemah nilai tukar di negara-negara emerging market.
“Kondisi ini memerlukan penguatan respon kebijakan untuk memitigasi dampak negatif hambatan perekonomian global tersebut, termasuk di Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Analis: BI berpotensi melonggarkan kebijakan moneter tahun ini
Baca juga: Peneliti: BI akan tahan BI Rate di level 6 persen
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024