Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan berpeluang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjelang Bau Nyale (upacara menangkap cacing laut) di Pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah pada 29 Februari-1 Maret 2024.

"Hujan masih berpeluang terjadi selama sepuluh ke depan di akhir Februari 2024," kata Prakirawan BMKG NTB Bastian Andarino dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Rabu.

Pada dasarian III Februari 2024 (21-29 Februari 2024) diprakirakan curah hujan dengan intensitas lebih dari 20-50 milimeter/dasarian dengan probabilitas kejadian lebih 90 persen berpeluang terjadi di sebagian besar wilayah Provinsi NTB, kecuali Bima bagian timur dengan peluang kurang dari 10-40 persen.

Baca juga: BMKG: Waspada potensi bencana hidrometeorologi awal Februari di NTB

Kemudian, peluang curah hujan lebih 100 milimeter per dasarian berpeluang terjadi di Bima bagian utara dengan probabilitas kejadian 30–70 persen. Peluang curah hujan dengan intensitas lebih 150 milimeter/dasarian dengan probabilitas kejadian sebesar 10-40 persen berpeluang terjadi di Tambora.

"Potensi curah hujan tinggi di wilayah NTB pada akhir Februari ini nihil," katanya.

BMKG menyatakan sebagian besar wilayah NTB terpantau telah memasuki musim hujan 2023/2024, masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi secara tiba–tiba dan bersifat lokal, banjir, dan tanah longsor.

"Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya," katanya.

Hasil Monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+1.99) terpantau berada pada kondisi El Nino sedang (kondisi El Nino sudah berlangsung selama 27 dasarian). Prediksi indeks ENSO akan menurun secara gradual mulai Maret 2024, hingga mencapai nilai negatif mulai Juni 2024. Sedangkan nilai anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD sebesar (+0.22).

"Kondisi IOD netral setidaknya hingga pertengahan tahun 2024," katanya.

Baca juga: Pemilihan Putri Mandalika 2024 meriahkan Festival Bau Nyale Lombok

Baca juga: Merangkai Festival Bau Nyale menjadi wisata mendunia

Aliran masa udara didominasi angin baratan, belokan angin terjadi di sepanjang ekuator. Sistem tekanan rendah terlihat di perairan barat Sumatera. Dibandingkan dengan klimatologisnya, angin baratan umumnya lebih kuat, kecuali di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, dan NTT.

Angin Baratan/Monsun Asia diprediksi terus mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Namun demikian, pada April angin dari Tenggara mulai aktif, terutama di atas Jawa, Bali, NTB-NTT, dan Papua Selatan.

"MJO aktif di fase 8 dan 7 hingga awal dasarian II Februari 2024, kemudian diprakirakan tidak aktif hingga awal dasarian III Februari 2024. MJO berkaitan dengan potensi pengurangan awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.

Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024